SYAIR DAN PERJUANGAN

Sudah lama juga saya tidak menonton acara televisi yang
disiarkan oleh TVRI. Selain karena semakin banyaknya TV swasta dengan maraknya
acara yang menarik di dalamnya, TVRI terkesan agak kaku baik performance
pembawa acaranya maupun acara-acaranya sendiri.

Sebenarnya dapat dimaklumi mengapa TVRI seperti itu,
karena bagaimanapun sebagai stasiun TV milik pemerintah TVRI harus menjaga banyak hal. Apalagi dengan dana yang mungkin
terbatas akibat tidak diperbolehkannya menjual space untuk iklan produk.

Namun tadi malam saya iseng-iseng mengganti cannel
ke TVRI, dan kebetulan acaranya Gebyar Keroncong. Dan kebetulan pula saya
penikmat hampir semua jenis musik. Walaupun saya tidak pandai memainkan alat
musik, tapi saya suka musik pop, dangdut, seriosa, rap maupun rock dan blues.
Hanya rock yang terlalu keras sampai yang penyanyinya seperti kesetanan yang
saya tidak suka.

Saya sangat menikmati permainan biola dan
keroncongnya yang mantap. Lagu-lagu yang dinyanyikan tadi malam adalah
lagu-lagu lama yang berkaitan dengan perjuangan. Mungkin ada hubungannya dengan
peringatan 11 november sebagai hari pahlawan.

Lagu-lagu yang bernafaskan perjuangan seperti
Indonesia Raya, Bagimu Negeri, Bangun Pemuda-Pemudi, Berkibarlah Benderaku,
Indonesia Pusaka, Syukur, Maju Tak Gentar, dll, diciptakan untuk membangkitkan
semangat kebangsaan masyarakat Indonesia.

Lagu-lagu lawas yang diciptakan masa perjuangan
kemerdekaan, baik yang seriosa, pop atau keroncong memang banyak yang
bernafaskan perjuangan.
Tidak sedikit yang memiliki kisah nyata dibalik
penciptaan lagu itu. Misalnya Halo-Halo Bandung. Tanggal 24 Maret 1946,
masyarakat rela meninggalkan bahkan turut membakar kota yang mereka diami sejak
lahir karena tidak rela diduduki oleh NICA (Netherlands Indies Civil
Administration). Saat itulah Bandung menjadi Lautan Api.

Dari beberapa sumber mengisahkan bahwa masyarakat
yang multi etis bergerilya dan dengan sengaja membakar kota Bandung yang
diduduki oleh NICA untuk merebutnya kembali. Sungguh perjuangan dan pengorbanan
yang luar biasa.
Yang membuat lagu-lagu itu sangat menarik bukan
hanya karena musik dan syairnya, tetapi juga cerita dibalik penciptaan lagu itu
atau yang sering disebut story behind the song.

Lagu keroncong Sepasang Mata Bola misalnya. Menurut
Sri Edi Swasono, menantu Bung Hatta, lagu ini diciptakan oleh Ismael Marzuki
berlatar belakang kisah yang dialami oleh ibu Rahmi Hatta yaitu istri dari Bung
Hatta sang Prokalamotor Kemerdekaan RI. Waktu itu Bung Hatta dan ibu pergi ke
Yogyakarta dengan kereta. Sesampai di Yogya, bung Hatta langsung turun dan
cepat-cepat menjumpai Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk membicarakan keadaan
negara.

Betapa penting dan urgent bagi Bung Hatta untuk
membahas keamanan negeri dan yang mungkin bergejolak di dalam hatinya,
sampai-sampai beliau lupa bahwa istrinya ada bersama dia di kereta dan telah
ketinggalan di kereta itu. Lalu sepasang mata bola ibu Rahmi Hatta
mencari-cari Bung Hatta, yang rupanya telah meninggalkan dia untuk bertemu
dengan Sri Sultan.

Membaca kisah perjuangan para pejuang sungguh
membuat hati ini bersyukur dan berterima kasih. Rasanya bila mereka ada yang
masih hidup, ingin rasanya memeluk dan mencium pipi mereka sebagai wujud terima
kasih. Bahkan kalau diminta mengangkat sebelah tangan menghormat mereka
berjam-jam pun hati ini rela. Baik mereka yang berjuang langsung di medan
peperangan maupun mereka yang berjuang melalui syair-syair lagu yang mereka
ciptakan.

Kiranya kisah perjuangan dan syair-syair perjuangan
para pendahulu bisa memotivasi generasi sekarang, termasuk saya didalamnya,
untuk berkarya bagi negeri demi kejayaan Indonesia.
Miris dan pilu melihat keadaan sekarang.

SYAIR BAGI NEGERI

Seperti syair lagu syukur aku bersyukur dengan
syair

Dengan sepasang mata bola, ku terawang jasamu dan
kutatap masa depan

Semangatmu menjadi benih dalam hati untuk maju tak
gentar ditengah keadaan yang pilu keadaan kini

Dan ku mau teriak : bangun pemuda-pemudi, bebaskan
negeri dari penghianatan cita-cita pendiri negeri!

Mari katakan: bagimu negeri kami berbakti, karena
Indonesia Pusaka milik kita bersama

Gugur bunga di ujung senjata, mati berkalang tanah
demi hari merdeka

Rayuan pulau kelapa yang melambai di tanah yang
subur adalah anugerah bagimu negeri

Berkibarlah benderaku, terus dan terus karena aku
akan menjagamu

Bila anak negeri mengheningkan cipta, berdoalah
terus untuk Indonesia raya.

LH/12-11-11

Komentar

Postingan Populer