TRINITAS - Apakah Orang Kristen Menyembah Tiga Allah?

Shalom!
Saudara-saudara seiman,
Masalah Trinitas (Trinity) ini memang bisa dan telah menjadi batu sandungan bagi beberapa di antara kita, dan bagi banyak orang di luar kita. Inti daripada berbagai komentar negatif tentang Trinitas semata-mata adalah usaha orang luar untuk mendiskreditkan iman Kristen, tanpa pengertian yang benar, sambil mencari pembenaran semu bagi iman sendiri. Orang-orang ini tidak memiliki dasar argumentasi yang kuat dan mereka malah tidak sadar bahwa kegiatan mereka ini dapat merupakan ‘bumerang’ yang akan berbalik menampar muka mereka sendiri.
Mungkin ada yang ingin bertanya, “Tetapi apakah sebenarnya Trinitas itu?”
Menurut “Easton Bible Dictionary,” Trinitas adalah sebuah kata yang tidak terdapat di dalam Alkitab, tetapi yang digunakan untuk menyatakan doktrin ‘kemanunggalan’ Allah di dalam ‘tiga Pribadi’ yang berbeda. Trinitas berasal dari bahasa Yunani ‘trias,’ yang pertama kali digunakan oleh Theophilus (168-183 AD), atau dari bahasa Latin ‘trinitas’ yang pertama kali digunakan oleh Tertiullian (220 AD), untuk mengungkapkan doktrin ini. Proposisi dari doktrin Trinitas adalah bahwa,
Allah itu esa dan inilah Allah satu-satunya – tidak ada yang lain (Ulangan 6:4, Raja-raja 8:60, Yesaya 44:6, Markus 12:29-32, Yohanes 10:30)
Bapa itu Allah yang adalah Pribadi yang berbeda dari Putera dan Roh Kudus
Yesus Kristus benar-benar adalah Allah, namun merupakan Pribadi yang berbeda dari Bapa dan Roh Kudus
Roh Kudus itu Allah dan adalah Pribadi yang berbeda dari Bapa dan Putera.
“Noah Webster Dictionary” menjelaskan bahwa Trinitas adalah kata benda yang menyatakan ‘kemanunggalan tiga Pribadi (Bapa, Putera dan Roh Kudus) di dalam Ketuhanan yang ‘esa,’ sehingga ketiga-Nya adalah ‘satu’ Allah sebagai hakekat, tetapi tiga Pribadi secara individu. (Catatan: Ketika saya mengatakan ‘Allah’, yang saya maksudkan adalah YHWH – Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub – Allah Israel (Keluaran 3:15, 5:1).
Di dalam Perjanjian Baru, ketiga Pribadi Ketuhanan ini terlihat dengan sangat jelas, baik di dalam penampakan fisik atau kechadiran non-fisik secara terpisah, maupun secara bersamaan. Peristiwa penyataan kechadiran Allah Tritunggal yang paling spektakuler adalah sesudah Yesus Kristus dibaptis di sungai Yordan (Matius 3:16-17, dan lihat juga Markus 1:10-11 dan Lukas 3:21-22)
“Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." (Matius 3:16-17)
Ketika memberikan ‘Amanat Agung’-Nya sebelum naik ke Sorga, Yesus Kristus juga menggunakan konsep Trinitas sebagai landasan Baptisan Kudus dengan berkata:
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,” (Matius 28:19)
Sebenarnya bukan hanya satu kali ini saja Yesus memberikan pernyataan yang memberi pengertian tentang Trinitas, sebab ketika menjanjikan Roh Kudus, tiga Pribadi Ilahi yang berbeda itu terungkap.
“Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran” (Yohanes 14:16-17)
Ucapan ini memperlihatkan adanya tiga Pribadi yang berbeda yaitu “Aku” (Yesus), Bapa (Allah) dan Penolong (Roh Kebenaran atau Roh Kudus), Sama seperti gambaran suasana ketika Yesus selesai dibaptis.
Di samping itu, Yohanes juga memberikan kesaksian tentang Trinitas di dalam suratnya yang berbunyi:
“Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.” (1 Yohanes 5:7)
yang di dalam bahasa aslinya, bahasa Yunani, berbunyi:
“hoti treis eisin hoi marturountes en tO ouranO
“that THREE ARE THE ones-witnessing IN THE HEAVEN
ho patEr ho logos kai to hagion pneuma kai
THE FATHER THE saying AND THE HOLY SPIRIT
houtoi hoi treis en ho logos kai to hagion
AND THESE THE THREE ONE THE saying AND THE HOLY
pneuma kai houtoi hoi treis en eisin”
SPIRIT AND THESE THE THREE ONE ARE”
Sampai di sini, sangat mungkin terjadi bahwa orang-orang yang tidak merasa sejahtera dengan penjelasan ini, lalu berbalik mempertanyakan ketuhanan Yesus dengan pertayaan “Kapan Yesus pernah menyatakan diri-Nya sebagai Tuhan dan Allah yang harus disembah?” Terlepas dari kenyataan bahwa Yesus adalah Pribadi yang sangat “rendah hati,” kita harus mengakui bahwa Alkitab tidak memuat pernyataan Yesus yang secara langsung menyatakan diri-Nya sebagai Allah yang harus disembah. Tetapi, ada banyak ‘kesaksian’ yang menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allah, baik dari pihak Allah Bapa (seperti di dalam Matius 3:16-17), juga dari malaikat, orang yang percaya dan tidak percaya kepada-Nya, bahkan iblis dan dari Yesus sendiri. Saudara-saudara dapat membaca tentang hal ini di: http://samuelhendriks.wordpress.com/2010/11/16/menurut-anda-siapakah-yesus-sebenarnya-2/.
Ada juga yang mencoba menggugurkan konsep Trinitas dengan mengatakan bahwa “Tidak ada pernyataan di Alkitab bahwa Roh Kudus adalah Allah.” Yang pertama harus kita yakini bahwa Roh Kudus bukanlah kuasa tetapi Pribadi. Roh Kudus memiliki intelektualitas (1 Korintus 2:10), keinginan (1 Korintus 12:11, Kisah Para rasul 20:28, Wahyu 2:7), perasaan (Roma 15:30 – Ia mengasihi, Efesus 4:30). Roh Kudus bisa berbicara (Kisah Para Rasul 13:2, 1 Timotius 4:1), terhina (Ibrani 10:29), didustai (Kisah Para Rasul 5:3, 5, 9, 10), dihujat (Matius 12:31-32), ditentang (Kisah Para Rasul 7:51) dan lain-lain.
Ada banyak catatan Alkitab yang menyatakan bahwa Roh Kudus adalah Allah. Tetapi kita cukup memperhatikan dua hal saja, yaitu yang terkait dengan ‘Amanat Agung Yesus Kristus’ (Matius 28:29) dan peristiwa Ananias dan Safira (Kisah Para Rasul 5:3 - 10).
Baptisan Kudus hanya bisa dimeteraikan dengan nama Allah dan Tuhan Yesus menempatkan Roh Kudus di dalam kesejajaran ilahi dengan Bapa dan Putera. Di dalam peristiwa Ananias-Safira, rasul Petrus menggunakan istilah ‘mendustai Roh Kudus,’ ‘mendustai Allah,’ dan ‘mendustai Roh Tuhan’ dengan akibat yang sama bagi Ananias dan Safira – rebah mati seketika.
Kita bisa melihat penyataan kepemimpinan dan otoritas keilahian Roh Kudus di dalam Pekabaran Injil Kerajaan Allah seperti, ‘Lalu kata Roh kepada Filipus: "Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!"’ (Kisah Para Rasul 8:29), ‘Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia’ (Kisah Para Rasul 16:6), dan ‘karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah’ (Kisah Para Rasul 20:28).
Sejauh ini, pembahasan kita hanya berkisar pada Perjanjian Baru. Apa kata Perjanjian Lama tentang Trinitas? Apakah Pernjanjian Lama dengan konsep monotheisme-nya menentang konsep kemajemukan Allah? Mari kita jajaki bersama!
Orang-orang luar dan para penganut faham montheisme fanatik selalu mencoba mendiskreditkan Trinitas dengan menggunakan satu ayat terkenal di dalam Perjanjian Lama dan ayat paralelnya di dalam Perjanjian Baru. Ayat tersebut ada di Kitab Ulangan 6:4, yang berbunyi:
“Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!” (Ulangan 6:4, lihat pula Markus 12:29)
atau yang di dalam bahasa Inggris berbunyi,
“Hear, O Israel: The LORD our God, the LORD is one.” (Deuteronomy 6:4, NIV)
Atau,
“Hear, O Israel: The LORD our God is one LORD”
“Hear, O Israel: The LORD is our God, the LORD alone”
Para penggugat tersebut lebih cenderung menggunakan Ulangan 6:4 atau Markus 12:29 yang berbahasa Inggris, sebab “one” lebih menunjukkan jumlah “satu” secara matematis daripada “esa” yang berarti “unique” atau “hanya” (hanya Dia-lah Tuhan). Supaya lebih jelas, kita kutip ayat yang sama di dalam bahasa aslinya, bahasa Ibrani, yang berbunyi:
שׁמע ישׂראל יהוה אלהינו יהוה אחד
“Shema Yisrael YaHWeH Elohiym YaHWeH echad”
“Shema Yisrael Adonai Elohim Adnoai echad”
yaitu yang dikenal dengan istilah ‘Shema’ (dengarlah). Dua kata di dalam Alkitab berbahasa Ibrani yang sering digunakan di dalam hal ini adalah “echad” (one, alone, unity from parts), dan “yahid” (always means uniqueness/solitary-only one of its kind) seperti ketika menyebut “hanya satu anak” dan “yahad” yang sering berarti, ‘dalam kesatuan, bersama, manunggal.’ Jadi, Keluaran 6:4 menggunakan echad yang berarti “menunggal dari yang jamak”
Contoh lain dari penggunaan kata echad adalah seperti pada
- “…suami dan isteri akan menjadi ‘echad’ daging,” (Kejadian 2:24)
- “…berhimpunlah bani Benyamin di belakang Abner menjadi ‘echad’ gabungan…”(2 Samuel 2:25)
- “dan Ia berfirman: "Mereka ini ‘echad’ bangsa dengan ‘bahasa yang sama’ untuk semuanya, (Kejadian 11:6)
- “…maka seluruh bangsa itu menjawab ‘secara echad’: …” (Keluaran 24:3)
- dll.
Selain itu, istilah Allah dalam pengertian “tunggal” adalah “Eloah” dan jamak adalah “Elohim” (Eloheinu). Penggunaan ‘Eloah’ lebih kecil dari sepersepuluh dari penggunaan ‘Elohim’ di dalam Alkitab. Memang benar bahwa walaupun ungkapan “Elohim” memberi kesan jamak, kata kerja yang mengikutinya bisa berupa kata kerja tunggal. Tetapi , kata “Elohim” juga sering sekali diikuti oleh kata kerja jamak. Contohnya antara lain adalah,
Kejadian 20:13: “Ketika Allah (Elohim) menyuruh aku mengembara keluar dari rumah ayahku,….”, secara harafiah seharusnya, “Ketika Mereka menyuruhku…”
Mazmur 58:12: “…sesungguhnya ada Allah yang memberi keadilan…,” secara harafiah seharusnya “…sesungguhnya Mereka memberi keadilan….,” dll.
Kesimpulannya, Ulangan 6:4 tidak secara mutlak mengatakan bahwa Allah itu “satu” dalam pengertian matematis, tetapi “satu” dalam pengertian manunggal (unity) dari yang jamak dan unik (tidak ada yang lain). Dengan kata lain, Ulangan 6:4 tidak menentang Trinitas, dan dapat juga dibaca,
“Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, hanya Dialah TUHAN!”
Ulangan 6:4 sejajar dengan Ulangan 4:35 dan 4:39 yang mengatakan bahwa “YHWH adalah Allah dan tidak ada yang lain!’ Hal ini berlaku juga untuk Zakaria 16:9 yang di dalam bahasan Indonesia berbunyi:
“Maka TUHAN akan menjadi Raja atas seluruh bumi; pada waktu itu TUHAN adalah satu-satunya dan nama-Nya satu-satunya.” (Zakaria 16:9)
bahwa istilah “satu-satunya” tidak menyatakan “satu” tetapi menyatakan “hanya Dia-lah Tuhan” (He alone is Lord, exclusively). Ulangan 6:4 dan Zakaria 14:9 mungkin akan terlihat seperti tidak memberikan dasar bagi monotheisme mutlak, tetapi jika demikianpun, yang dinyatakan adalah monothsisme “echad” yang berupa kemanunggalan dari yang jamak.
Data lain tentang ‘kemanunggalan Allah’ terlihat di dalam penggunaan kata ganti di dalam ayat-ayat Perjanjian Lama seperti pada:
“Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,…” (Kejadian 1:26)
“Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita,…” (Kejadian 3:22)
“Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka,… (Kejadian 11:7)
“Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku? …" (Yesaya 6:8) “Kata “Aku” di sini merupakan terjemahan yang keliru dari kata “us” di dalam kalimat “Then I heard the voice of the Lord saying, “Whom shall I send? And who will go for us?” (NIV, NASB, NLT, dll)
Yang menarik adalah bahwa bahkan Rabi juga mengakui bahwa Kejadian 1:26 adalah dukungan untuk Trinitas Allah. Dalam Midrash Rabbah tentang Kejadian:
”Rabbi Samuel bar Nahman dalam nama Rabi Jonathan mengatakan, bahwa pada saat Musa menulis Taurat; menulis sebagian setiap hari, lalu ketika ia sampai pada ke ayat yang mengatakan, "Dan Elohim kata marilah kita menjadikan manusia menurut gambar kami setelah rupa kita," Musa berkata, “Tuhan Semesta Alam, mengapa Engkau memberikan alasan kepada sekte (yang percaya Trinitas Allah)? Elohim menjawab Musa, “Kamu tulis saja, dan siapa yang ingin sesat biarlah dia sesat.””
Banyak sanggahan diaarahkan kepada Yesus sebagai “Anak Allah,” dan bahwa istilah ini hanyalah istilah rekayasa Perjanjian Baru, sementara Perjanjian Lama tidak pernah memuat konsep ini. Perlu dijelaskan bahwa istilah “anak” di sini tidak ada kaitannya dengan ‘hasil perkawinan’ atau ‘produk persetubuhan secara jasmani’ atau yang seperti itu, tetapi menyangkut “hubungan” (relationship). Sama halnya dengan ungkapan “Allah Bapa” yang kita gunakan, bahwa Allah itu bukan “bapa jasmani kita – suami dari ibu jasmani kita.” Allah Bapa menyatakan “keintiman hubungan anak kepada Bapa melalui Yesus Kristus!”
Istilah “anak Allah” sendiri sudah sering digunakan di dalam Perjanjian lama, seperti:
- “…Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung; sebab itu Aku berfirman kepadamu: Biarkanlah anak-Ku itu pergi, …” (Keluaran 4:22:23)
- “Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku….” (1 Tawarikh 17:13)
- "Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.” (Mazmur 2:7)
Mazmur 2:7 ini penting sebab istilah “Anak-Ku yang Kupeeranakan” di sini merujuk langsung kepada Yesus Kristus, Sang Mesias yang sudah dijanjikan dan dinubuatkan mulai dari Kejadian 3:15, Yesaya 7:16, 9:5, sampai ke Mikha 5:1 dan Zakharia 9:9.
Semenjak awal penciptaan di dalam Perjanjian Lama, kita sudah mendengar istilah “Roh Allah” (Kejadian 1:2, 41:38; Keluaran 13:13, 35:31; Bilangan 24:2; 1 Samuel 10:10, 11:6; 2 Tawarikh 15:1, 24:20; Ayub 27:3, 33:4 dan Yehezkiel 11:24. Kita juga melihat istilah “Roh TUHAN” seperti pada, Hakim-Hkim 3:10, 6:34, 11:29, 13:25, 14:19, 15:14; 1 Samuel 10:6, 16:13-14; 2 Samuel 32:2; 1 Raja-Raja 18:12, 22:4, 2 Raja-Raja 2:16; 1 Tawarikh 18:23, 2 Tawarikh 20:14; Yesaya 11:2, 34:16, 40:13, 63:14; Yehezkiel 11:5, Mikha 3:8 atau “Roh Tuhan ALLAH” pada Yesaya 61:1 dan “Roh Kudus” pada Yesaya 63:10-11, atau “Roh-Mu” pada Nehemia 9:10; Mazmur 143:10, serta “Roh-Mu yang Kudus” pada Mazmur 51:13.
Mungkin ada yang ingin menyanggah bahwa yang dimaksud di dalam paragraf di atas adalah Roh Allah dan Roh TUHAN atau Roh Tuhan ALLAH atau Roh Allah yang Kudus bukanlah Roh Kudus yang diperkenalkan Tuhan Yesus di dalam Perkanjiab Baru. Tetapi kita ketahui bahwa Allah adalah Roh (Yohanes 4:24). Jadi, dapatkan kita memberikan penjelasan bagi “Roh Allah” sebagai “Roh-nya Allah” atau “Roh-nya Roh”? Roh Allah itu bisa berarti Allah Bapa sendiri atau Roh Kudus yang juga adalah Pribadi dengan hakekat Allah.
Banyak bukti di dalam Perjanjian Lama yang menunjuk kepada Allah dalam penyataan-Nya sebagai Trinitas dan saya pikir kita tidak perlu lebih mendalam di sini sebab hal ini sudah jelas. Saudara-saudara yang ingin memperdalam penyelidikan daalam hal ini, bisa merujuk pada referensi yang dicatat di akhir tulisan ini.
“The idea in the Scriptures is not that a man became God--God forbid--but that the Messiah would himself be God coming as a man ==>Isaiah 9:6” [Gagasan di dalam Kitab Suci bukanlah bahwa manusia menjadi Allah -- amit-amit-- tetapi bahwa Mesias yang adalah Allah yang datang sebagai manusia ==> Yesaya 9:5]
“Don't Christians Believe in Three Gods? No! It's a very common misrepresentation that while Jews believe in one God, Christians believe in three. The fact is that Christianity is as firmly monotheistic as Judaism. What Christians believe is that this one God exists, in a way finite man can never fully understand, in three persons or personalities. This belief is not based upon philosophical arguments, but on the Scriptures--both Old and New Testaments.” [Bukankah Orang Kristen Percaya akan adanya Tiga Allah? Tidak! Ini kesalahan interpretasi yang sangat umum bahwa sementara orang-orang Yahudi percaya pada satu Tuhan, orang Kristen percaya pada tiga Tuhan. Faktanya adalah bahwa Kekristenan itu sama monoteistik seperti Yudaisme. Yang orang Kristen percayai adalah adanya Allah yang satu ini, dengan cara yang tidak pernah bisa sepenuhnya dimengerti oleh manusia yang terbatas, di dalam tiga pribadi atau kepribadian. Kepercayaan ini tidak didasarkan pada argumen filosofis, tetapi pada Alkitab - baik Perjanjian Lama dan Baru].
Roh Kudus jualah yang akan memberikan kerinduan kepada Anda akan kebenaran-Nya dan menuntun Anda untuk mendapatkannya di dalam Yesus Kristus.
Tuhan Yesus memberkati senantiasa!

Komentar

Postingan Populer