Arabian Christian

Satu artikel menarik di majalah National Geographic Indonesia edisi Juni 2009, tentang tragedi masyarakat Kristen Arab. Yup, masyarakat Arab yang beragama kristen. Shocking, mungkin bagi banyak orang, yang selama ini terlanjur percaya bahwa Arab senantiasa identik dengan Islam.

Masyarakat Kristen Arab terutama mendiami wilayah yang disebut Levant, meliputi Suriah, Lebanon, Yordania, Israel & Palestina ini sudah ada sejak ratusan tahun sebelum Islam muncul di bumi Makkah di abad ke 7. Mereka, termasuk cikal bakal masyarakat kristen dunia, yang sayangnya sekarang semakin tersingkir, bahkan mulai hilang tergerus putaran jaman.

Masyarakat Kristen Arab ini yang di artikel tersebut dianggap sebagai missing link antara dunia Kristen Barat dengan Dunia Islam. Karena, lewat masyarakat Kristen Arab inilah berbagai titik temu, contoh toleransi & kesalingpengertian nampak jelas terbangun .

Apa yang membuat masyarakat kristen Arab istimewa adalah fakta bahwa selain mereka termasuk kelompok masyarakat paling awal yang memeluk ajaran Yesus, juga mereka mengalami dilema hidup yang tak kalah kompleksi jika dibandingkan sejawatnya yang asli Yahudi. Mereka secara etnis adalah bangsa Arab, namun karena pilihan kepercayaannya menjadikan mereka semacam “alien” di tengah lautan masyarakat Arab lainnya yang memeluk Islam.

Konflik berbasis agama ini telah berlangsung sejak awal keberadaan masyarakat Kristen Arab ini. Mulai jaman Rowmawi, bangkitnya Islam di bawah panji-panji Rasullulah & dilanjutkan berbagai dinasti yang silih berganti menguasai wilayah yang mereka diami.

Tak terkecuali jaman sekarang. Konflik semakin memuncak dengan kacau balaunya kebijakan luar negri negara-negara Barat–yang notabene juga identik dengan Kristen–dengan puncaknya pada kampanye perang global antiterorisme dibawah pimpinan Amerika Serikat. Masyarakat Kristen Arab semakin terjepit, karena keimanan mereka menempatkan mereka di titik penuh kecurigaan dari para tetangga muslimnya, namun di saat bersamaan mereka tak sepenuhnya setuju & mendukung kebijakan perang yang dikampanyekan negara-negara Barat.

Dalam artikel ini dikisahkan kehidupan beberapa orang Kristen Arab yang terjebak dalam konflik tersebut. Sepasang suami istri yang karena peraturan negara zionis Israel baru bisa merayakan hari Paskah bersama meski mereka sudah menikah bertahun-tahun. Seorang milisi Kristen Lebanon yang terjebak dalam perang terus menerus dengan musuh sekaligus tetangga kotanya yang muslim di Beirut. Sepasang suamu istri dan anak perempuannya yang akhirnya memutuskan berimigrasi ke Kanada guna mencari penghidupan yang lebih baik. Serta impian seorang ibu untuk bisa keluar dari negrinya yang penuh konflik dengan menyekolahkan anak perempuannya setinggi mungkin hingga suatu saat bisa mengajaknya pindah ke negri lain.

Namun, selain konflik berdarah, di sana juga terlihat wujud nyata tolerasi beragama. Di mana biara-biara kristen banyak berdiri dan dikunjungi tak hanya oleh pengikut ajaran Yesus namun juga kaum muslim, hingga kebiasaan untuk saling hadir dalam acara perkawinan, kematian, dan sebagainya.

88Ini memang tanah yang kontradiktif. Penuh konflik sekaligus titik tolak penyelesaiannya. Karena di sini, agama-agama besar lahir, dan di sini pulalah pertentangan politis berbalut agama berlangsung berabad-abad. Niscaya, di tanah ini pulalah semua akan berakhir–semoga dengan damai.

Komentar

Postingan Populer