MAU MASUK SURGA? TANPA YESUS, MUSTAHIL

Nats : Yohanes 14:6 ; Kisah Rasul 4:12
Ada berapa jalan menuju surga? Orang bilang,”banyak!” Betulkah itu? Kalau banyak ada berapa banyak? 1000 jalan? 10.000 jalan atau satu juta jalan? Apakah benar jalan menuju surga sama dengan jalan menuju Roma? Kalau jalan menuju surga pakai nomor, di nomor berapa sekarang Anda berjalan? di nomor 765 kah? Atau, di nomor 7492?
PERTANYAAN dan pendapat keliru tentang berapa jalan menuju surga harus dijawab tegas sesuai Alkitab, agar orang yang mengira ada banyak jalan menuju surga sadar bahwa hanya satu (sekali lagi hanya satu!) jalan menuju surga. Kalau benar jalan menuju surga begitu banyak, maka manusia bisa mengatakan mengapa Tuhan tidak punya prinsip dan pendirian. Bukankah jalan ke surga begitu penting? Kalau dibuat banyak bukankah hal itu justru bertentangan dengan sifat Allah yang serba tunggal/Esa? Dalam berbagai hal, Allah yang menciptakan langit, bumi, laut beserta isinya , jika diibaratkan sound sistem atau musik, Ia tidak suka yang stereo tapi lebih suka yang mono. Mudah diterima, Allah itu Esa! Percaya Tuhan harus sepenuh/sebulat hati, artinya tidak boleh setengah – setengah. Tidak dibenarkan manusia percaya Tuhan tapi juga percaya setan, tidak dibenarkan juga manusia mengasihi Tuhan tetapi mengasihi dunia ini juga.

Dalam banyak hal Tuhan tidak mentolerir hal-hal yang bersifat stereo. Demikian pula dengan jalan ke surga! Justru dengan sifat seperti itulah, kita harus bangga bahwa jalan menuju surga hanya satu. Agama boleh banyak, bertimbun-timbun, akan tetapi yang masuk surga harus melalui ketentuan yang sudah diatur Tuhan Sang Pencipta alam semesta ini. Jangan bodoh, apalagi merasa diri benar dengan mengatakan “Semua agama menuju surga!”. Pendapat seperti ini harus dikikis habis disetiap orang yang rindu masuk surga. Herannya ada orang yang menentang habis-habisan bahwa Allah itu tiga??? (Tritunggal) namun percaya jalan menuju surga amat banyak! Harusnya konsisten, kalau Allah itu dianggap Esa, maka jalan menuju surga juga harus Esa! Siapakah jalan itu ?
Ada keyakinan yang berbeda mengenai cara-cara masuk surga. Misalnya, sebagian kelompok agama menganggap “Pemimpin / pendiri agamanya memang penting, harus dihormati, namun yang lebih penting adalah isi ajaran si pemimpin/pendiri agama tersebut”.
Si pemimpin / pendiri agama itu akan berkata; “Saudara-sadudara mau masuk surga? Ikutilah jalan ini…….!!”. Jadi, kalau sudah mengikuti ajarannya, sekalipun tidak tahu bagaimana bentuk wajahnya atau rupanya, di mana letak kuburannya, namun yang penting dan terutama adalah jalannya. Kalau jalannya ada 8, maka umat harus ikuti 8 jalan itu baru selamat. Kalau jalannya ada 5, maka umat harus ikuti 5 jalan tersebut nanti selamat. Artinya, selama jalannya ditempuh dengan baik oleh umat pengikutnya , maka keselamatan masuk surga sudah terjamin. Hal ini amat berbeda dengan ajaran Yesus Kristus, ” Jika seseorang mau masuk surga, Yesus tidak menunjuk jalannya dalam bentuk tahapan tetapi justrunya menunjuk diri-Nya sendiri”.
Simak kalimat yang diucapkan Tuhan Yesus; “Akulah jalan dan kebenaraan dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6). Inilah suatu proklamasi paling agung sekaligus tawaran bahwa mustahil seseorang masuk surga jika tidak melalui Yesus Kristus. Ajaran kristen yang sejati tidak menuju kepada ajarannya/jalannya berupa pemahaman-pemahaman teologia saja, akan tetapi justru menyambut Yesus, yang sama artinya dengan harus menerima, mengenal dan mengikuti-Nya.
Suatu definisi keselamatan yang diajarkan Tuhan Yesus adalah, melalui kelahiran kembali (born again), dan itu berarti seseorang mengalami perubahan yang dikerjakan oleh Roh Kudus untuk menjadi ciptaan baru sesuai 2 Korintus 5:17, “Jadi siapa yang ada Kristus, ia adalah ciptaan baru; yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang”. Apa artinya ini? Artinya, setiap orang yang akan masuk ke surga adalah orang yang sudah mengalami suatu pembaharuan, tidak lagi hidup dalam dosa, menjadi anak-anak Tuhan, yang kesemua itu akibat menerima dan percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan juruselamatnya secara pribadi.

Pemahaman ini bukan sekedar tekanan ajaran kristen, akan tetapi, inilah kebenaran yang berasal dari Allah. Dari mana kita hendak mengenal Allah? Jawabnya, dari sejauh mana Allah memperkenalkan diri-Nya kepada manusia. Dengan tegas Alkitab mengatakan kebenaran seperti ini, bahwa tidak ada seorangpun yang mencari Allah, mengapa? Karena manusia berada dalam posisi dosa sedangkan Allah maha suci. Itu artinya, manusia tidak bisa mendekati Allah karena dibatasi jurang yang sangat lebar. Siapapun yang berdosa coba mendekati Allah yang Maha suci pasti binasa. Jadi keselamatan yang dikenal dalam ajaran kristen adalah, Allah yang datang dan mencari manusia untuk diselamatkan bukan manusia yang datang kepada Allah. Keselamatan itu sesungguhnya anugerah yang Allah berikan secara cuma-cuma , “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada orang yang memegahkan diri” (Efesus 2: 8-10).
Dengan kata lain, keselamatan seseorang untuk dapat masuk surga tidak terletak dari usaha-usaha agamanya orang itu. Biarpun ia rajin sembahyang tiap waktu, rajin membersihkan dirinya dari kejahatan, rajin memberikan korban, bahkan rajin mengamalkan ajaran-ajaran agamanya, itupun tidak akan membuat dirinya masuk surga. Orang boleh saja mengatakan setiap agama pada dasarnya sama, yakni, kalau dijalani dengan taat pasti ujung-ujungnya masuk surga juga. Justru inilah kesesatan yang paling besar dalam dunia hingga saat ini. Sesungguhnya hidup saleh tanpa Yesus itu bukan hidup saleh, tapi kesalehan yang semu. Hidup suci tanpa Yesus, maka itupun kesucian yang semu, bahkan pengorbanan yang tanpa Yesus adalah pengorbanan yang sia-sia belaka.
Orang kristen pun dalam hal ini, patut menyadari bahwa agama kristen saja tidak cukup. Dalam Alkitab diajarkan, bahwa yang disebut percaya kepada Tuhan Yesus adalah percaya yang menyambut Roh Kudus, menyambut Yesus Kristus masuk dan menguasai hidupnya. Untuk menyatakan ia memperoleh apa yang ditentukan oleh Allah dalam keselamatan, maka yang bersangkutan akan mengalami kepenuhan Roh Allah, atau baptisan Roh Allah yang sekali untuk selama-lamanya.Apalah artinya menjadi kristen yang sudah dipeluknya sejak turun menurun, jikalau kekeristenan itu tidak menyambut Yesus mengubah hidup jadi ciptaaan baru?

Bagi mereka yang tidak mau percaya kepada Yesus, dengan mengatakan bahwa agamanya yang paling benar, tidak akan pernah berani berkata; “Kalau hari ini saya mati pasti masuk surga!” Mengapa?
Karena ia tidak pernah menemukan ajaran yang pasti tentang keselamatan dalam hidup yang kekal bersama Allah di surga. Perhatikan saja isi doa yang kerap menyebut, “Semoga..” Atau “Mudah-mudahan..”
Bukankah doa-doa yang demikian menunjukkan betapa keyakinan untuk selamat sebetulnya tipis sekali? Kalaupun yakin ibaratnya sedang bertaruh fifty-fifty, bisa selamat bisa juga tidak selamat. Kalau lebih jauh dihayati perjalanan seseorang atau umat yang beragama, ya, sambil sembahyang merusak juga, menteror juga atau menganiaya juga, bisa dipastikan ketika orang tersebut diperhadapkan dengan pertanyaan, “Kalau mati sekarang yakin masuk surga?”, maka bisa diyakini 1000 persen, orang tersebut tak akan berani menyebut, “Ya, saya yakin hari ini mati, hari ini juga pasti masuk surga!”
Kalaupun ia berani mengatakan hal seperti itu, ia malah sedang membohongi dan menipu diri sendiri. Boleh periksa di kitab suci manapun, adakah yang bisa menyamakan apa yang dikatakan Tuhan Yesus, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6).

Sejujurnya tidak ada kitab suci manapun yang bisa menjamin seseorang masuk surga seperti yang dinyatakan Yesus dalam ayat tersebut. Apalagi kalau lebih meneliti pandangan agama-agama yang lain, di sana akan dijumpai para pemimpin agamanya yang sebelum meninggal dunia mohon didoakan oleh umatnya agar dirinya (si pemimpin) itu bisa selamat dan masuk surga. Pertanyaan berikutnya adalah, “mengapa ada pemimpin agama ketika mau meninggal minta didoakan oleh umatnya agar selamat?”
Bukankah hal itu menunjuk kepada pemahaman bahwa si pemimpin agama tersebut tidak yakin dirinya akan masuk surga? Bukankah suatu kesia-siaan jika sudah melakukan segala hukum agama secara teratur namun tidak juga selamat. Ajaran Alkitab sendiri mengajarkan, “…sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan” (2 Korintus 3:6b)
Apa artinya ayat ini? Ayat ini menegaskan bahwa, huruf-huruf dalam kitab suci (alkitab) memang menuntun manusia untuk bertemu dengan Tuhan sekaligus mengajar jalan-jalan ketetapan hukum Tuhan yang patut dilakukan manusia, namun itu semua jadi sia-sia jika Roh Allah sendiri tidak ada dalam hidup manusia. Di kalangan kristen pun tidak sedikit yang melakukan kewajiban agamanya hanya melalui pemahaman apa yang tertulis (hurufiah). Apa yang dibaca itu pula yang dilakukan. Sekalipun itu kelak menjadi tuntunan namun Alkitab dengan jelas mengatakan, kalau cuma huruf maka itu akan mematikan!

Ditambahkan pula, harus dengan Roh, barulah tiap-tiap orang mengerti kebenaran yang cuma satu itu.
Keselamatan juga tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia (Yesus Kristus), sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kisah Rasul 4:12).
Inilah proklamasi dari surga! Bahwa keselamatan hanya dipersiapkan oleh Allah sendiri dan Yesus Kristus itulah Allah yang menyelamatkan manusia dari hukuman dosa. Allah tidak pernah memberikaan tugas atau mandat keselamatan kepada seorang manusia di dunia ini. Sekalipun ia seorang pemimpin agama, hidup saleh, banyak berbuat amal dan kebajikan, ia sendiri justru yang perlu diselamatkan oleh Yesus Kristus.
Proklamasi inipun merupakan suatu jawaban dari konsep hidup yang sesungguhnya. Dimanakah manusia bisa memperoleh kebahagiaan, kedamaian, ketentraman? Tidak lain dari nama Tuhan Yesus Kristus!. Sudah terbukti dalam sejarah manusia ini, adanya orang-orang kaya raya, nama terkenal, punya berbagai kedudukan tinggi dan dipuja manusia lainnya, namun kenyataannya hidup dalam kekeringan, ketidak bahagiaan, frustrasi, depresi dan kehilangan kendali. Lalu apa manfaatnya agama, kalau ternyata hidupnya tidak sesuai dengan ajaran agamanya? Bukankah itupun kepalsuan belaka? Bisakah diterima dengan nalar yang sehat, jika ada orang yang mengaku dirinya saleh beragama, tapi membenarkan dan mempraktekkan tindakan kekerasan untuk singkirkan orang lain atau agama lain? Ajaran agama seperti apa yang disisi kanan bicara cinta damai, namun disisi kiri bertindak seperti teroris? Bukankah ada agama yang membenarkan jika pengikutnya mati untuk membuat orang lain ikut mati? Menganiaya dan membunuh umat lain sambil berkata, “Inilah perintah Tuhan!”
Pertanyaannya selanjutnya, Tuhan yang seperti apa kalau sedikit-sedikit main babat orang lain? Itu bukan Tuhan tapi hantu. Yesus bukan saja mengajarkan damai, tapi diri-Nya sendiri adalah damai. Karena Yesus adalah Tuhan, maka segala atribut Allah seperti kasih, damai sejahtera, kebaikan, kelemah-lembutan ada pula dalam diri Yesus. Itulah sebabnya mengapa orang kristen dianiaya, dibunuh, dikucilkan, tapi tidak pernah membalas? Jawabnya karena dalam diri orang krsiten ada Roh Allah, yakni Roh yang memberi damai dan sukacita, sehingga setiap kali mendapat aniaya atau tantangan yang sudah mengancam hingga mati, orang kristen tetap damai dan penuh sukacita

Inilah perbedaan paling besar antara ajaran Kristus dengan agama-agama yang ada dalam dunia ini. Ketika Yesus diolok, diejek, dihina, dilecehkan, bahkan diancam, IA tidak pernah membalas. Apakah karena Yesus takut? Tidak! Agama mana dan tokoh mana yang berani mengatakan Yesus Kristus tidak punya kuasa? Baik Alkitab maupun kitab-kitab suci lainnya juga mengakui mujizat dan kebesaran karya Yesus dalam dunia ini.
Jadi, mengapa Yesus tidak pernah melawan atau membalas? Jawabnya, karena IA maha Kasih, IA yang mengajarkan kepada manusia, “Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu” (Matius 5:39), maka IA-pun memberi teladan yang paling agamawi dengan membiarkan diri-Nya diperlakukan dengan tidak hormat, sekalipun Ia punya kuasa untuk menghancurkan orang-orang yang tidak menyukai-Nya.

Yesus adalah pola ajaran agama yang paling luhur dari semua agama di dunia. Tak satupun dalam ayat atau catatan sejarah, Yesus mengangkat pedang, baik untuk mengancam maupun bertindak dengan kekerasan. Kalau ada pemimpin agama yang memberi teladan bagi para pengikutnya dengan menggunakan pedang, maka itu bukan agama yang sejati. Tak usah heran dengan berbagai kekerasan umat yaang mengaku beragama, percaya kepada Tuhan, tapi pedangnya jalan terus. Konsep agama yang seperti ini, tak boleh disinggung sedikit, tak boleh dihina atau salah ucap, karena kalu hal itu sampai terjadi, pedanglah dan kekerasan yang akan bicara.
Menjalani kehidupan beragama, bukanlah semata-mata tahu seluk beluk perintah Tuhan belaka, akan tetapi bagaimana ajaran-ajaran tersebut dapat hidup dalam diri manusia secara life style. Selama keadaan seperti ini tidak mampu diwujudkan, maka selama itu pula agama yang dianut hanya sebatas ‘isme’.
Terima Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat pribadi pasti diselamatkan. Selanjutnya? Jawaban dan keputusan ada pada tiap diri manusia itu sendiri. Jika seseorang memang rindu mengalami suatu keselamatan yang kekal, untuk hidup kekal dalam surga, ia hanya punya satu jalan (sekali lagi satu jalan) yakni melalui Yesus Kristus. Mengapa banyak manusia tidak mau percaya kepada Yesus padahal ia juga tahu bahwa roh yang ada dirinya, bukanlah roh yang kelak membawa ia masuk surga? Ia sudah puluhan tahun beragama, tapi sedikitpun tidak pernah merasakan kasih dan damai yang sejati. Harap dingat baik-baik, jika seseorang tetap mengeraskan hatinya untuk tidak mau percaya kepada Yesus Kristus, Alkitab berkata, ia termasuk orang yang memang tidak dipilih Tuhan untuk diselamatkan. Bukankah hal ini mengerikan? Apa kira-kira yang terjadi dalam hidup manusia, jika ia harus masuk ke dalam api neraka yang menyeramkan itu? Sulit membayangkan, karena hukuman seseorang masuk neraka bukan cuma 1 tahun, bukan juga 25 tahun atau 100 tahun. Akan tetapi hukuman yang akan dijalaninya dalam kekekalan.
Pertanyaan berikutnya, “Adakah manusia yang mau dan sanggup hidup dalam penderitaan neraka dalam kekekalan?” Jangankan sanggup, berpikir untuk itupun sudah mendatangkan ketakutan yang amat sangat. Nah, kalau begitu jalan satu-satunya untuk bebas dari perkara seperti itu, tidak lain menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat pribadi. Hingga hari ini, selama berita gembira ini bisa diperdengarkan atau disiarkan, maka itu merupakan suatu tanda bahwa Allah masih memberi kesempatan bagi siapa saja untuk menerima Yesus masuk dalam hatinya. Jangan gengsi! Atau coba berdalih lagi, setiap kali berita ini dibaca atau dikumandangkan, maka itu merupakan suatu kesempatan untuk bertobat. Tidak ada orang yang bisa mengetahui kapan dan bilamana ia akan meninggal, bukankah ada orang yang sudah mengatakan kepada istrinya bahwa sore hari ia akan pulang lebih cepat, tapi apa jadinya? Ternyata saat siang hari, ia justru mengalami kecelakaan dan meninggal dunia seketika itu juga. Manusia boleh berencana, tapi Tuhan-lah yang menentukan segala-galanya. Kalau Ia sudah ciptakan langit, bumi, laut serta isinya, maka Ia pula yang berhak menentukan siapa-siapa yang kelak masuk surga.
Adalah suatu kebodohan paling besar, jika sudah mengetahui suatu kebenaran yang tidak bisa disangkal, tapi masih menyangkalnya. Selagi ada kesempatan, ambilah keputusan, yang sesuai dengan kehendak Tuhan, maka keputusan itu akan menjadi sarana untuk mencapai keselamatan yang abadi.
Selagi sadar bahwa usia manusia sekarang ini tidak lagi ratusan tahun, malah relatif rendah. Kalaupun bisa mencapai usia 70 atau 80 tahun sudah lebih dari cukup. Sebab usia rata-rata kebanyakan manusia dewasa ini, sekitar 40 hingga 60 tahun. Suatu tingkat usia yang jadi makin pendek. Benarlah yang dikatakan kitab Yakobus, hidup manusia itu seperti uap. Hari ini ada dan besok sudah lenyap, ke mana perginya? Tidak tahu! Jadi, adalah sangat bijak, jika sebagai mahluk ciptaan Tuhan, mau merenungkan semua kata-kata ini. Sekiranya ada tanda atau gerakan dalam hati yang mendorong diri untuk membuka hati bagi Yesus Kristus, jangan abaikan hal itu, karena inilah hari di mana keselamatan tiba! AMIEN!

Komentar

Postingan Populer