TUHAN TIDAK BERUBAH
Mereka mengatakan bahwa Alkitab adalah Firman Allah, pelita bagi kaki kita
dan terang bagi jalan kita. Mereka katakan kepada kita bahwa kita akan
menemukan dalam Alkitab mengenai pengenalan akan Allah dan kehendak-Nya
untuk hidup kita. Kita percaya pada mereka - tepat - karena yang mereka
katakan adalah benar. Maka kita mengambil Alkitab kita dan mulai membacanya.
Kita baca dengan mantap dan merenungkannya, karena kita tertarik - sungguh
ingin mengenal Allah. Tetapi ketika kita baca, makin lama makin bingung.
Meskipun terpesona, kita tidak dikenyangkan. Pembacaan Alkitab tidak
menolong kita dan membuat kita bingung dan jika kebenaran diungkapkan,
terasa sangat menekan. Kita heran sendiri mengapa sampai terjadi demikian.
Apa kesulitan kita? Yang mendasar adalah sebagai berikut. Pembacaan Alkitab
membawa kita ke dalam dunia baru yaitu dunia Timur Dekat pada zaman ribuan
tahun lalu, primitif dan barbar, dengan sistim agrikultural dan tidak
mekanis. Dalam dunia seperti itulah kisah-kisah dalam Alkitab terjadi. Di
dalamnya kita bertemu Abraham, Musa, Daud dan lainnya dan memerhatikan cara
Allah berhubungan dengan mereka. Kita mendengar nabi-nabi mencela dengan
terang-terangan akan penyembahan berhala dan melakukan penghakiman atas
dosa. Kita melihat Orang dari Galilea melakukan mujizat, berdebat dengan
orang Yahudi, mati bagi orang berdosa, bangkit dari kematian dan naik ke
surga. Kita membaca surat-surat dari guru-guru Kristen yang ditujukan untuk
melawan kesalahan-kesalahan menyolok yang sejauh kita ketahui sekarang tidak
ada lagi. Semua itu sangat menarik tetapi nampaknya sangat jauh. Itu adalah
bagian dari dunia dulu, bukan dunia sekarang. Kita merasa berada di luar
dunia Alkitab, sebagai orang yang menjenguk ke dalamnya. Kita hanya penonton
dan hanya itu. Pemikiran kita yang tak terkatakan adalah: Ya Allah melakukan
segalanya, kemudian dan sangat mengagumkan bahwa orang-orang termasuk di
dalamnya, tetapi bagaimana hal itu berhubungan dengan kita sekarang? Kita
tidak hidup dalam dunia yang sama. Bagaimana catatan perkataan dan perbuatan
Allah dalam zaman Alkitab, catatan hubungan Allah dengan Abraham, Musa, Daud
dan sebagainya, menolong kita untuk hidup dalam zaman angkasa ini? Kita
tidak dapat melihat bagaimana dua dunia ini digabungkan dan lagi-lagi kita
menemukan bahwa kita merasa apa yang kita baca dalam Alkitab tidak mempunyai
aplikasi bagi kita dan ketika sesering mereka gemetar dan takjub, perasaan
tidak berada dengan mereka menekan kita.
Banyak pembaca Alkitab mengenal perasaan ini. Tidak semua tahu bagaimana
menghadapinya. Beberapa orang Kristen pasrah, tetap memercayai catatan
Alkitab, tapi tidak mencari atau mengharapkan bagi mereka sendiri suatu
keintiman dan hubungan langsung dengan Allah sebagai yang diketahui oleh
tokoh-tokoh Alkitab. Sikap sedemikian, terlalu biasa pada saat sekarang,
merupakan efek dari pengakuan mengenai kegagalan untuk menembus masalah ini.
Tapi bagaimana perasaan terpencil dari pengalaman mengenai Allah yang
alkitabiah dapat dikalahkan? Banyak hal dapat dikatakan. Tapi point yang
penting adalah ini. Perasaan terpencil adalah ilusi yang lahir dari
pencarian mata rantai antara situasi kita dengan beragam karakter Alkitab di
tempat yang salah. Benar dalam pengertian ruang, waktu dan kebudayaan,
mereka dan epos sejarah yang mereka miliki adalah sangat jauh dari kita.
Tetapi mata rantai antara mereka dan kita tidak ada pada level itu. Mata
rantai itu adalah Allah sendiri. Karena Allah dengan siapa mereka harus
berhubungan adalah Allah yang sama dengan Allah kita sekarang. Kita dapat
mempertegas hal ini dengan mengatakan, pasti Allah yang sama; karena Allah
tidak berubah dalam hal sekecil apapun. Terlihat dalam kebenaran yang di
dalamnya kita harus tinggal, dengan tujuan untuk membuang perasaan bahwa ada
lembah yang tidak terjembatani antara posisi orang-orang dalam zaman Alkitab
dan zaman kita sekarang, yaitu kebenaran Allah yang tidak berubah.
Allah tidak berubah. Mari kita pikirkan.
1. Hidup Allah tidak berubah
Ia adalah dari kekekalan (Mazmur 93:2), "Raja Kekal" (Yeremia 10:10), "tidak
rusak" (Roma 1:23), "tidak takluk kepada maut" (I Timotius 6:16). "Sebelum
gunung-gunung dilahirkan dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari
selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah" (Mazmur 90:2). "Bumi
dan langit, demikian kata pemazmur," akan binasa tetapi Engkau tetap ada dan
semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan
mengubah mereka dan mereka berubah. "Akulah yang awal," kata Allah, "Aku
juga terakhir." (Yesaya 48:12). Ciptaan mempunyai awal dan akhir, tetapi
tidak demikian Pencipta mereka. Jawaban untuk pertanyaan anak kecil, "Siapa
yang menciptakan Allah?" adalah sederhana bahwa Allah tidak perlu dibuat
karena Ia selalu di sana. Ia ada untuk selama-lamanya dan Ia selalu sama. Ia
tidak bertumbuh lebih tua. Hidupnya tidak bertambah atau menyusut. Tidak
bertambah kuasa baru, ataupun kehilangan yang pernah dimiliki-Nya. Ia tidak
menjadi dewasa atau berkembang. Ia tidak menjadi lebih kuat, atau lebih
lemah atau lebih bijaksana dengan bertambahnya waktu. Ia tidak dapat berubah
untuk yang lebih baik, tulis A. W. Piner. Karena Ia telah sempurna; dan
menjadi sempurna. Ia tidak dapat berubah menjadi kurang baik. Perbedaan
utama dan mendasar antara Pencipta dan makhluk ciptaanNya adalah mereka
dapat berubah dan natur mereka mengalami perubahan, sementara Allah tidak
berubah dan tidak pernah dapat berhenti untuk menjadi Dia, seperti yang
disebutkan dalam hymn:
Kita berbunga dan tumbuh seperti dedaunan di pohon kemudian layu dan binasa
namun tidak ada yang merubah Engkau Itulah Allah sendiri - hidup yang tanpa
akhir (Ibrani 7:16).
2. Karakter Allah tidak berubah
Tegang atau shock atau leukomoni dapat merubah karakter manusia tetapi tidak
ada yang dapat merubah karakter Allah. Dalam kehidupan manusia, rasa,
penampilan dan temperamen dapat berubah secara radikal: seorang yang baik
dan tidak banyak berubah, dapat berubah menakutkan dan cepat marah, seorang
dengan kehendak baik dapat menjadi sinis dan ..... Tetapi tidak pernah hal
ini terjadi dengan Pencipta kita. Ia tidak pernah kurang kebenaran atau
belas kasihan, atau keadilan atau kebaikan seperti biasanya. Karakter Allah
adalah sekarang dan akan selalu tepat seperti dalam zaman Alkitab.
Terbentuk dari hubungan ini pernyataan dua nama Allah dalam kitab Keluaran.
Penyataan nama Allah adalah jelas, lebih dari sekadar label; sebuah
penyataan apakah Ia dalam hubungan dengan manusia. Dalam Keluaran 3 kita
membaca bagaimana Allah menyatakan nama-Nya kepada Musa sebagai "Aku adalah
Aku" (ayat 14) - satu frase di mana Yahweh (Jehovah, TUHAN) di dalam bentuk
yang dipersingkat (ayat 15). Nama ini bukan gambaran Allah tetapi sebagai
deklarasi dari keberadaan-Nya dan kekekalanNya yang tidak berubah;
mengingatkan umat manusia bahwa Ia mempunyai hidup dalam diri sendiri, dan
bahwa apa Ia sekarang, Ia adalah kekal. Dalam Keluaran 34, kita membaca
bagaimana Allah menyatakan nama TUHAN kepada Musa dengan menyatakan beragam
sisi dari karakter kudus-Nya: penyayang dan pengasih, panjang sabar,
berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada
beribu- ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi
tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang
membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya...." Proklamasi ini
melengkapi Keluaran 3 dengan mengatakan kepada kita siapa Yahweh
sesungguhnya dan bahwa Keluaran 3 melengkapi dengan mengatakan kepada kita
bahwa Allah adalah selama-lamanya sama seperti pada saat itu, 3000 tahun
yang lalu, ketika Ia menyatakan kepada Musa siapakah Dia. Karakter moral
Allah tidak berubah. Maka Yakobus, dalam bagian yang berhubungan dengan
kebaikan dan kesucian Allah, kemurahan-Nya kepada manusia dan permusuhan
kepada dosa, berbicara mengenai Allah yang pada-Nya tidak ada perubahan atau
bayangan karena pertukaran.
3. Kebenaran Allah tidak berubah
Manusia kadang mengatakan hal-hal yang sebenarnya bukan yang mereka
maksudkan, hanya karena mereka tidak tahu pikiran sendiri, juga karena
pandangan mereka berubah, mereka sering menemukan bahwa mereka tidak dapat
lebih lama berpijak pada hal-hal yang mereka lakukan pada masa lalu. Semua
kita kadang harus menarik kembali kata-kata kita, karena mereka tidak lagi
mengekspresikan apa yang kita pikirkan; kadang kita harus menelan kata-kata
kita, karena fakta jelas menolaknya. Kata-kata manusia adalah hal-hal yang
tidak bisa disandari. Tetapi tidak demikian dengan kata-kata Allah. Mereka
teguh selama-lamanya, sebagai ekspresi sahih dan kekal dari pikiran Allah.
Tidak ada situasi yang memaksa-Nya untuk menarik kembali kata-kataNya, tidak
ada perubahan- perubahan dalam pemikiran-Nya sendiri yang menuntutNya untuk
merubah mereka. Yesaya menuliskan, "... firman Allah kita tetap untuk
selama-lamanya." Hampir sama, pemazmur mengatakan, "Untuk selama-lamanya, ya
TUHAN, firman-Mu tetap teguh di sorga." (Mazmur 119:89,152). Kata yang
diterjemahkan kebenaran dalam ayat terakhir mempunyai ide kestabilan. Oleh
sebab itu ketika kita membaca Alkitab, kita harus ingat bahwa Allah tetap
teguh dalam janji, tuntutan, pernyataan- pernyataan tujuan dan kata-kata
peringatan, semua diperuntukkan kepada orang percaya Perjanjian Baru. Tidak
ada sisa dari zaman yang sudah berlalu, tetapi suatu pernyataan sahih yang
kekal dari pikiran Allah kepada umat-Nya dalam segala generasi, sejauh dunia
ini berjalan. Seperti Tuhan sendiri berkata kepada kita, "Kitab Suci tidak
bisa dibatalkan." (Yohanes 10:35). Tidak ada yang dapat mengakhiri kebenaran
Allah yang kekal.
4. Jalan-jalan Allah tidak pernah berubah
Ia terus menerus bertindak terhadap manusia yang berdosa dalam cara yang Ia
lakukan dalam kisah-kisah Alkitab. Tetap Ia menunjukkan kebebasan dan
KetuhananNya dengan mengadakan diskriminasi di antara orang berdosa, antara
mereka yang dapat mendengar Injil dan sebagian yang tidak mendengarkan;
menggerakkan sebagian yang mendengar untuk bertobat sementara yang lain
tinggal dalam ketidakpercayaan; kemudian mengajar orang-orang kudus-Nya
bahwa Ia tidak berhutang belas kasihan kepada siapapun, semua adalah
anugerah-Nya. Tidak ada yang melalui usaha mereka sendiri sehingga mereka
dapat menemukan hidup. Ia tetap memberkati mereka yang Ia kasihi dengan cara
yang merendahkan mereka agar segala kemuliaan hanya untuk-Nya. Tetap Ia
membenci dosa umat-Nya dan menggunakan segala macam penderitaan dari dalam
dan dari luar dan kesengsaraan untuk menghentikan hati mereka dari kompromi
dan ketidaktaatan. Tetap Ia mencari persekutuan umat-Nya dan mengirim
penderitaan dan sukacita dengan tujuan memisahkan kasih mereka dari hal-hal
lain dan mengarahkan hanya kepada-Nya. Tetap Ia mengajar orang percaya untuk
menghargai janji-janji yang diberikan-Nya dengan membuat mereka menantikan
janji-janji itu dan memaksa mereka untuk berdoa tanpa henti untuk
janji-janji tersebut sebelum Ia mencurahkannya. Maka kita membaca Ia
berhubungan dengan umat-Nya dalam catatan Alkitab dan Ia tetap berhubungan
dengan mereka. Tujuan dan prinsip-prinsip tindakanNya tetap konsisten; Ia
tidak satu kalipun bertindak di luar karakterNya. Jalan manusia, kita tahu,
adalah tidak konsisten, tetapi tidak demikian dengan jalan Tuhan.
5. Tujuan Allah tidak berubah
"Yang Kuat, Israel tidak akan berdusta atau menyesal" pernyataan Samuel,
"karena Ia bukan manusia yang harus menyesal." (1 Samuel 15:29). Bilangan
23:19, "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta, bukan anak manusia
sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau
berbicara dan tidak menepatinya?" Menyesal berarti memeriksa kembali
penilaian seseorang dan merubah rencana tindakan. Allah tidak pernah
melakukan hal ini; Ia tidak perlu melakukan hal itu karena
rencana-rencanaNya dibuat pada basis pengetahuan yang sempurna dan
mengontrol segala hal masa lalu, sekarang dan yang akan datang, sehingga
tidak akan ada keperluan mendadak atau perkembangan yang tidak diketahuiNya.
Satu dari dua hal menyebabkan manusia merubah pikirannya dan mengulang
rencananya, membutuhkan pandangan ke depan untuk mencegah segala sesuatu
atau kurang pandangan ke depan untuk melaksanakannya. Tetapi Allah adalah
Mahatahu dan Mahakuasa sehingga tidak perlu bagi-Nya untuk memperbaiki
ketetapanNya (A. W. Pink). Mazmur 33:11, "Tetapi rencana TUHAN tetap
selama-lamanya, rancangan hatiNya turun temurun." Apa yang Ia lakukan dalam
waktu, Ia rencanakan dari kekekalan. Dan semua yang Ia rencanakan dalam
kekekalan Ia bawa ke dalam waktu. Dan semua yang Ia miliki dalam kata-kata
perjanjianNya Ia sendiri akan melakukan tanpa salah. Maka kita membaca
mengenai ketidakberubahan dari kebijaksanaanNya yang membawa orang percaya
kepada kepenuhan dalam menikmati warisan janji-janjiNya, ketidakberubahan
sumpah yang Ia janjikan kepada Abraham, nenek moyang orang percaya, jaminan
bagi Abraham dan milik kita juga. Ibrani 6:17, "Karena itu, untuk lebih
meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusanNya,
Allah telah mengikat diriNya dengan sumpah, supaya oleh dua kenyataan yang
tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta...." Maka
demikian juga dengan pernyataan-pernyataan Allah lainnya. Mereka tidak
berubah, tidak ada bagian dari rencana kekal-Nya yang berubah.
Memang ada sekelompok ayat Alkitab (Kejadian 6:6; 1 Samuel 15:11; 2 Samuel
24:16; Yunus 3:10; Yoel 2:13) yang berbicara mengenai Allah yang menyesal.
Hubungan dalam tiap kasus adalah kebalikan dari tindakan Allah terdahulu
kepada orang-orang khusus, konsekwen atas reaksi mereka terhadap perlakuan
itu. Tetapi tidak ada sugesti bahwa reaksi ini tidak diketahui sebelumnya
atau bahwa Allah dikejutkan dan tidak ada dalam rencana kekekalanNya. Tidak
ada perubahan dalam tujuan kekal-Nya jelas dinyatakan ketika Ia mulai
berhubungan dengan manusia dalam cara yang baru.
6. Anak Allah tidak berubah
Ibrani 13:8 dan sentuhanNya mengenai mempunyai kekuatan. Tetap benar bahwa
Ia mampu untuk menyelamatkan mereka ke tempat tinggi yang datang kepada
Allah melalui-Nya. Ibrani 7:25, "Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan
dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia
hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka." Ia tidak pernah berubah.
Fakta ini menjadi hiburan bagi umat Allah.
Sekarang di mana pengertian untuk jarak dan perbedaan antara orang percaya
dalam zaman Alkitab dengan diri kita sendiri. Itu pengecualian. Atas dasar
apa? Atas dasar bahwa Allah tidak berubah. Persekutuan dengan-Nya,
memercayai firman-Nya, hidup dengan iman, berdiri atas dasar janji Tuhan,
pada intinya adalah realita yang sama bagi kita sekarang seperti bagi mereka
yang berada dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Pemikiran ini
memberikan penghiburan ketika kita menghadapi kekuatiran tiap-tiap hari;
meskipun begitu banyak perubahan dan ketidakpastian hidup di zaman nuklir
ini, Allah dan Kristus tetap sama - Mahakuasa untuk menyelamatkan. Tetapi
konsep ini membawa kepada sebuah tantangan juga. Jika Allah kita sama
seperti Allah dari orang percaya Perjanjian Baru, bagaimana kita dapat
membenarkan diri sendiri dalam kepuasan dengan pengalaman persekutuan
denganNya, dan dalam tingkatan pimpinan Kristen, akan mereka yang jatuh
sedemikian jauhnya? Jika Allah tetap sama, ini bukan suatu masalah yang
dapat kita hindari.
Sumber:
Nama Majalah: Momentum Edisi 7/Desember 1989
Judul Artikel: TUHAN Tidak Berubah
Penulis: J. I. Packer
Halaman: 28-31
dan terang bagi jalan kita. Mereka katakan kepada kita bahwa kita akan
menemukan dalam Alkitab mengenai pengenalan akan Allah dan kehendak-Nya
untuk hidup kita. Kita percaya pada mereka - tepat - karena yang mereka
katakan adalah benar. Maka kita mengambil Alkitab kita dan mulai membacanya.
Kita baca dengan mantap dan merenungkannya, karena kita tertarik - sungguh
ingin mengenal Allah. Tetapi ketika kita baca, makin lama makin bingung.
Meskipun terpesona, kita tidak dikenyangkan. Pembacaan Alkitab tidak
menolong kita dan membuat kita bingung dan jika kebenaran diungkapkan,
terasa sangat menekan. Kita heran sendiri mengapa sampai terjadi demikian.
Apa kesulitan kita? Yang mendasar adalah sebagai berikut. Pembacaan Alkitab
membawa kita ke dalam dunia baru yaitu dunia Timur Dekat pada zaman ribuan
tahun lalu, primitif dan barbar, dengan sistim agrikultural dan tidak
mekanis. Dalam dunia seperti itulah kisah-kisah dalam Alkitab terjadi. Di
dalamnya kita bertemu Abraham, Musa, Daud dan lainnya dan memerhatikan cara
Allah berhubungan dengan mereka. Kita mendengar nabi-nabi mencela dengan
terang-terangan akan penyembahan berhala dan melakukan penghakiman atas
dosa. Kita melihat Orang dari Galilea melakukan mujizat, berdebat dengan
orang Yahudi, mati bagi orang berdosa, bangkit dari kematian dan naik ke
surga. Kita membaca surat-surat dari guru-guru Kristen yang ditujukan untuk
melawan kesalahan-kesalahan menyolok yang sejauh kita ketahui sekarang tidak
ada lagi. Semua itu sangat menarik tetapi nampaknya sangat jauh. Itu adalah
bagian dari dunia dulu, bukan dunia sekarang. Kita merasa berada di luar
dunia Alkitab, sebagai orang yang menjenguk ke dalamnya. Kita hanya penonton
dan hanya itu. Pemikiran kita yang tak terkatakan adalah: Ya Allah melakukan
segalanya, kemudian dan sangat mengagumkan bahwa orang-orang termasuk di
dalamnya, tetapi bagaimana hal itu berhubungan dengan kita sekarang? Kita
tidak hidup dalam dunia yang sama. Bagaimana catatan perkataan dan perbuatan
Allah dalam zaman Alkitab, catatan hubungan Allah dengan Abraham, Musa, Daud
dan sebagainya, menolong kita untuk hidup dalam zaman angkasa ini? Kita
tidak dapat melihat bagaimana dua dunia ini digabungkan dan lagi-lagi kita
menemukan bahwa kita merasa apa yang kita baca dalam Alkitab tidak mempunyai
aplikasi bagi kita dan ketika sesering mereka gemetar dan takjub, perasaan
tidak berada dengan mereka menekan kita.
Banyak pembaca Alkitab mengenal perasaan ini. Tidak semua tahu bagaimana
menghadapinya. Beberapa orang Kristen pasrah, tetap memercayai catatan
Alkitab, tapi tidak mencari atau mengharapkan bagi mereka sendiri suatu
keintiman dan hubungan langsung dengan Allah sebagai yang diketahui oleh
tokoh-tokoh Alkitab. Sikap sedemikian, terlalu biasa pada saat sekarang,
merupakan efek dari pengakuan mengenai kegagalan untuk menembus masalah ini.
Tapi bagaimana perasaan terpencil dari pengalaman mengenai Allah yang
alkitabiah dapat dikalahkan? Banyak hal dapat dikatakan. Tapi point yang
penting adalah ini. Perasaan terpencil adalah ilusi yang lahir dari
pencarian mata rantai antara situasi kita dengan beragam karakter Alkitab di
tempat yang salah. Benar dalam pengertian ruang, waktu dan kebudayaan,
mereka dan epos sejarah yang mereka miliki adalah sangat jauh dari kita.
Tetapi mata rantai antara mereka dan kita tidak ada pada level itu. Mata
rantai itu adalah Allah sendiri. Karena Allah dengan siapa mereka harus
berhubungan adalah Allah yang sama dengan Allah kita sekarang. Kita dapat
mempertegas hal ini dengan mengatakan, pasti Allah yang sama; karena Allah
tidak berubah dalam hal sekecil apapun. Terlihat dalam kebenaran yang di
dalamnya kita harus tinggal, dengan tujuan untuk membuang perasaan bahwa ada
lembah yang tidak terjembatani antara posisi orang-orang dalam zaman Alkitab
dan zaman kita sekarang, yaitu kebenaran Allah yang tidak berubah.
Allah tidak berubah. Mari kita pikirkan.
1. Hidup Allah tidak berubah
Ia adalah dari kekekalan (Mazmur 93:2), "Raja Kekal" (Yeremia 10:10), "tidak
rusak" (Roma 1:23), "tidak takluk kepada maut" (I Timotius 6:16). "Sebelum
gunung-gunung dilahirkan dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari
selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah" (Mazmur 90:2). "Bumi
dan langit, demikian kata pemazmur," akan binasa tetapi Engkau tetap ada dan
semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan
mengubah mereka dan mereka berubah. "Akulah yang awal," kata Allah, "Aku
juga terakhir." (Yesaya 48:12). Ciptaan mempunyai awal dan akhir, tetapi
tidak demikian Pencipta mereka. Jawaban untuk pertanyaan anak kecil, "Siapa
yang menciptakan Allah?" adalah sederhana bahwa Allah tidak perlu dibuat
karena Ia selalu di sana. Ia ada untuk selama-lamanya dan Ia selalu sama. Ia
tidak bertumbuh lebih tua. Hidupnya tidak bertambah atau menyusut. Tidak
bertambah kuasa baru, ataupun kehilangan yang pernah dimiliki-Nya. Ia tidak
menjadi dewasa atau berkembang. Ia tidak menjadi lebih kuat, atau lebih
lemah atau lebih bijaksana dengan bertambahnya waktu. Ia tidak dapat berubah
untuk yang lebih baik, tulis A. W. Piner. Karena Ia telah sempurna; dan
menjadi sempurna. Ia tidak dapat berubah menjadi kurang baik. Perbedaan
utama dan mendasar antara Pencipta dan makhluk ciptaanNya adalah mereka
dapat berubah dan natur mereka mengalami perubahan, sementara Allah tidak
berubah dan tidak pernah dapat berhenti untuk menjadi Dia, seperti yang
disebutkan dalam hymn:
Kita berbunga dan tumbuh seperti dedaunan di pohon kemudian layu dan binasa
namun tidak ada yang merubah Engkau Itulah Allah sendiri - hidup yang tanpa
akhir (Ibrani 7:16).
2. Karakter Allah tidak berubah
Tegang atau shock atau leukomoni dapat merubah karakter manusia tetapi tidak
ada yang dapat merubah karakter Allah. Dalam kehidupan manusia, rasa,
penampilan dan temperamen dapat berubah secara radikal: seorang yang baik
dan tidak banyak berubah, dapat berubah menakutkan dan cepat marah, seorang
dengan kehendak baik dapat menjadi sinis dan ..... Tetapi tidak pernah hal
ini terjadi dengan Pencipta kita. Ia tidak pernah kurang kebenaran atau
belas kasihan, atau keadilan atau kebaikan seperti biasanya. Karakter Allah
adalah sekarang dan akan selalu tepat seperti dalam zaman Alkitab.
Terbentuk dari hubungan ini pernyataan dua nama Allah dalam kitab Keluaran.
Penyataan nama Allah adalah jelas, lebih dari sekadar label; sebuah
penyataan apakah Ia dalam hubungan dengan manusia. Dalam Keluaran 3 kita
membaca bagaimana Allah menyatakan nama-Nya kepada Musa sebagai "Aku adalah
Aku" (ayat 14) - satu frase di mana Yahweh (Jehovah, TUHAN) di dalam bentuk
yang dipersingkat (ayat 15). Nama ini bukan gambaran Allah tetapi sebagai
deklarasi dari keberadaan-Nya dan kekekalanNya yang tidak berubah;
mengingatkan umat manusia bahwa Ia mempunyai hidup dalam diri sendiri, dan
bahwa apa Ia sekarang, Ia adalah kekal. Dalam Keluaran 34, kita membaca
bagaimana Allah menyatakan nama TUHAN kepada Musa dengan menyatakan beragam
sisi dari karakter kudus-Nya: penyayang dan pengasih, panjang sabar,
berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada
beribu- ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi
tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang
membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya...." Proklamasi ini
melengkapi Keluaran 3 dengan mengatakan kepada kita siapa Yahweh
sesungguhnya dan bahwa Keluaran 3 melengkapi dengan mengatakan kepada kita
bahwa Allah adalah selama-lamanya sama seperti pada saat itu, 3000 tahun
yang lalu, ketika Ia menyatakan kepada Musa siapakah Dia. Karakter moral
Allah tidak berubah. Maka Yakobus, dalam bagian yang berhubungan dengan
kebaikan dan kesucian Allah, kemurahan-Nya kepada manusia dan permusuhan
kepada dosa, berbicara mengenai Allah yang pada-Nya tidak ada perubahan atau
bayangan karena pertukaran.
3. Kebenaran Allah tidak berubah
Manusia kadang mengatakan hal-hal yang sebenarnya bukan yang mereka
maksudkan, hanya karena mereka tidak tahu pikiran sendiri, juga karena
pandangan mereka berubah, mereka sering menemukan bahwa mereka tidak dapat
lebih lama berpijak pada hal-hal yang mereka lakukan pada masa lalu. Semua
kita kadang harus menarik kembali kata-kata kita, karena mereka tidak lagi
mengekspresikan apa yang kita pikirkan; kadang kita harus menelan kata-kata
kita, karena fakta jelas menolaknya. Kata-kata manusia adalah hal-hal yang
tidak bisa disandari. Tetapi tidak demikian dengan kata-kata Allah. Mereka
teguh selama-lamanya, sebagai ekspresi sahih dan kekal dari pikiran Allah.
Tidak ada situasi yang memaksa-Nya untuk menarik kembali kata-kataNya, tidak
ada perubahan- perubahan dalam pemikiran-Nya sendiri yang menuntutNya untuk
merubah mereka. Yesaya menuliskan, "... firman Allah kita tetap untuk
selama-lamanya." Hampir sama, pemazmur mengatakan, "Untuk selama-lamanya, ya
TUHAN, firman-Mu tetap teguh di sorga." (Mazmur 119:89,152). Kata yang
diterjemahkan kebenaran dalam ayat terakhir mempunyai ide kestabilan. Oleh
sebab itu ketika kita membaca Alkitab, kita harus ingat bahwa Allah tetap
teguh dalam janji, tuntutan, pernyataan- pernyataan tujuan dan kata-kata
peringatan, semua diperuntukkan kepada orang percaya Perjanjian Baru. Tidak
ada sisa dari zaman yang sudah berlalu, tetapi suatu pernyataan sahih yang
kekal dari pikiran Allah kepada umat-Nya dalam segala generasi, sejauh dunia
ini berjalan. Seperti Tuhan sendiri berkata kepada kita, "Kitab Suci tidak
bisa dibatalkan." (Yohanes 10:35). Tidak ada yang dapat mengakhiri kebenaran
Allah yang kekal.
4. Jalan-jalan Allah tidak pernah berubah
Ia terus menerus bertindak terhadap manusia yang berdosa dalam cara yang Ia
lakukan dalam kisah-kisah Alkitab. Tetap Ia menunjukkan kebebasan dan
KetuhananNya dengan mengadakan diskriminasi di antara orang berdosa, antara
mereka yang dapat mendengar Injil dan sebagian yang tidak mendengarkan;
menggerakkan sebagian yang mendengar untuk bertobat sementara yang lain
tinggal dalam ketidakpercayaan; kemudian mengajar orang-orang kudus-Nya
bahwa Ia tidak berhutang belas kasihan kepada siapapun, semua adalah
anugerah-Nya. Tidak ada yang melalui usaha mereka sendiri sehingga mereka
dapat menemukan hidup. Ia tetap memberkati mereka yang Ia kasihi dengan cara
yang merendahkan mereka agar segala kemuliaan hanya untuk-Nya. Tetap Ia
membenci dosa umat-Nya dan menggunakan segala macam penderitaan dari dalam
dan dari luar dan kesengsaraan untuk menghentikan hati mereka dari kompromi
dan ketidaktaatan. Tetap Ia mencari persekutuan umat-Nya dan mengirim
penderitaan dan sukacita dengan tujuan memisahkan kasih mereka dari hal-hal
lain dan mengarahkan hanya kepada-Nya. Tetap Ia mengajar orang percaya untuk
menghargai janji-janji yang diberikan-Nya dengan membuat mereka menantikan
janji-janji itu dan memaksa mereka untuk berdoa tanpa henti untuk
janji-janji tersebut sebelum Ia mencurahkannya. Maka kita membaca Ia
berhubungan dengan umat-Nya dalam catatan Alkitab dan Ia tetap berhubungan
dengan mereka. Tujuan dan prinsip-prinsip tindakanNya tetap konsisten; Ia
tidak satu kalipun bertindak di luar karakterNya. Jalan manusia, kita tahu,
adalah tidak konsisten, tetapi tidak demikian dengan jalan Tuhan.
5. Tujuan Allah tidak berubah
"Yang Kuat, Israel tidak akan berdusta atau menyesal" pernyataan Samuel,
"karena Ia bukan manusia yang harus menyesal." (1 Samuel 15:29). Bilangan
23:19, "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta, bukan anak manusia
sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau
berbicara dan tidak menepatinya?" Menyesal berarti memeriksa kembali
penilaian seseorang dan merubah rencana tindakan. Allah tidak pernah
melakukan hal ini; Ia tidak perlu melakukan hal itu karena
rencana-rencanaNya dibuat pada basis pengetahuan yang sempurna dan
mengontrol segala hal masa lalu, sekarang dan yang akan datang, sehingga
tidak akan ada keperluan mendadak atau perkembangan yang tidak diketahuiNya.
Satu dari dua hal menyebabkan manusia merubah pikirannya dan mengulang
rencananya, membutuhkan pandangan ke depan untuk mencegah segala sesuatu
atau kurang pandangan ke depan untuk melaksanakannya. Tetapi Allah adalah
Mahatahu dan Mahakuasa sehingga tidak perlu bagi-Nya untuk memperbaiki
ketetapanNya (A. W. Pink). Mazmur 33:11, "Tetapi rencana TUHAN tetap
selama-lamanya, rancangan hatiNya turun temurun." Apa yang Ia lakukan dalam
waktu, Ia rencanakan dari kekekalan. Dan semua yang Ia rencanakan dalam
kekekalan Ia bawa ke dalam waktu. Dan semua yang Ia miliki dalam kata-kata
perjanjianNya Ia sendiri akan melakukan tanpa salah. Maka kita membaca
mengenai ketidakberubahan dari kebijaksanaanNya yang membawa orang percaya
kepada kepenuhan dalam menikmati warisan janji-janjiNya, ketidakberubahan
sumpah yang Ia janjikan kepada Abraham, nenek moyang orang percaya, jaminan
bagi Abraham dan milik kita juga. Ibrani 6:17, "Karena itu, untuk lebih
meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusanNya,
Allah telah mengikat diriNya dengan sumpah, supaya oleh dua kenyataan yang
tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta...." Maka
demikian juga dengan pernyataan-pernyataan Allah lainnya. Mereka tidak
berubah, tidak ada bagian dari rencana kekal-Nya yang berubah.
Memang ada sekelompok ayat Alkitab (Kejadian 6:6; 1 Samuel 15:11; 2 Samuel
24:16; Yunus 3:10; Yoel 2:13) yang berbicara mengenai Allah yang menyesal.
Hubungan dalam tiap kasus adalah kebalikan dari tindakan Allah terdahulu
kepada orang-orang khusus, konsekwen atas reaksi mereka terhadap perlakuan
itu. Tetapi tidak ada sugesti bahwa reaksi ini tidak diketahui sebelumnya
atau bahwa Allah dikejutkan dan tidak ada dalam rencana kekekalanNya. Tidak
ada perubahan dalam tujuan kekal-Nya jelas dinyatakan ketika Ia mulai
berhubungan dengan manusia dalam cara yang baru.
6. Anak Allah tidak berubah
Ibrani 13:8 dan sentuhanNya mengenai mempunyai kekuatan. Tetap benar bahwa
Ia mampu untuk menyelamatkan mereka ke tempat tinggi yang datang kepada
Allah melalui-Nya. Ibrani 7:25, "Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan
dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia
hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka." Ia tidak pernah berubah.
Fakta ini menjadi hiburan bagi umat Allah.
Sekarang di mana pengertian untuk jarak dan perbedaan antara orang percaya
dalam zaman Alkitab dengan diri kita sendiri. Itu pengecualian. Atas dasar
apa? Atas dasar bahwa Allah tidak berubah. Persekutuan dengan-Nya,
memercayai firman-Nya, hidup dengan iman, berdiri atas dasar janji Tuhan,
pada intinya adalah realita yang sama bagi kita sekarang seperti bagi mereka
yang berada dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Pemikiran ini
memberikan penghiburan ketika kita menghadapi kekuatiran tiap-tiap hari;
meskipun begitu banyak perubahan dan ketidakpastian hidup di zaman nuklir
ini, Allah dan Kristus tetap sama - Mahakuasa untuk menyelamatkan. Tetapi
konsep ini membawa kepada sebuah tantangan juga. Jika Allah kita sama
seperti Allah dari orang percaya Perjanjian Baru, bagaimana kita dapat
membenarkan diri sendiri dalam kepuasan dengan pengalaman persekutuan
denganNya, dan dalam tingkatan pimpinan Kristen, akan mereka yang jatuh
sedemikian jauhnya? Jika Allah tetap sama, ini bukan suatu masalah yang
dapat kita hindari.
Sumber:
Nama Majalah: Momentum Edisi 7/Desember 1989
Judul Artikel: TUHAN Tidak Berubah
Penulis: J. I. Packer
Halaman: 28-31
Komentar
Posting Komentar