Berpikir Logis, Dengan Perasaan atau ...

Aku melalui satu kisah, ada pahit dan kebimbangan, ada kebodohan yang tak harus dilakukan, ada khilaf seorang manusia, ada khilaf diri sendiri. Lalu jika aku harus bangun dan bergerak menelusuri waktu, terus sampai maut sendiri dan bukan rancangan ku sendiri untuk melalui maut itu, haruslah aku terus hidup walau apapun yang terjadi...

aku bernafas, bergetar, trauma, emosi, tertawa, ekspresi lain namun bila suatu atau beberapa saat aku berpikir untuk apa aku hidup... Suatu waktu melintas dan terkadang kita ternyata memilih keputusan yang salah dalam aksi kita atau reaksi atau respons dunia luar yang kita tidak harapkan terjadi. Hidup dan kehidupan, seharusnya bukan sebuah beban untuk dijalani, melainkan dihayati. Banyak yang bilang semakin tua semakin bijak tapi semuanya ternyata suatu relativitas seperti Einstein sang ide brilian tentang ilmu teleportasi nya dan keseimbangannya...

Pernah kujumpai dua orang senior, satu kelihatan bijak, satu kelihatan bodoh namun aku ternyata salah, dia seorang yang sangat pintar. Si senior bijak suka menasehati
tentang berbagai hal kepada junior, sedangkan si senior pintar hanya suka berbagi ilmu dan jarang memberi nasehat. Si senior bijak bangun tidur selalu pagi sekali, membangunkan yang lain untuk berolahraga dan memang benar-benar bijak dalam segala hal. Sedangkan si senior pintar suka bangun telat tapi yang paling cepat di depan meja makan bahkan belum mandi, tempat tidur selalu berantakan dengan buku dan banyak ketidakteraturan lain. Dalam hal nilai yang pintar sangat susah diungguli sedangkan yang bijak rata-rata. Saat lepas dari asrama aku melihat hasil keduanya dari halaman web atau perjumpaan di dunia luar. Yang Pintar memperoleh beasiswa dari kampus dan menjadi dosen di Universitas sedangkan yang bijak terampil di dunia luar dan cukup sukses. Yang pintar terlihat makin bijaksana, lebih banyak kata2 bijak yang dikeluarkannya ketimbang ilmunya.

Ada banyak kekurangan dalam diri walaupun sepintar atau sebijak apapun orang yang pernah ku temui. Ada orang yang berpikir dengan intelektualitasnya, ada yang dengan perasaan dan kreatifitasnya. Terkadang seseorang melakukan sesuatu atas emosi dan perasaannya waktu itu tanpa memikirkan hal yang dapat terjadi sebagai reaksi. Ada pula intelektualitas yang di terapkan setelah banyak membaca teori namun kurang kreatif dan monoton.

Melalui banyak hal, keterasingan, pujian, kritikan namun ternyata semua itu adalah siklus kehidupan. Terkadang kita di atas orang lain terkadang kita merasa jauh tertinggal. Suatu pengambilan keputusan ternyata paling mempengaruhi hal ini, dan seperti orang beriman bilang ilmu atau kreatifitas apapun tak berguna karena memang pengambilan keputusan pun bisa salah walau kita beriman sekalipun dan selalu mengandalkan TUHAN. Apa yang kita harapkan untuk keluar dari ujian malah menjadi ujian selanjutnya dan bisa juga menjadi jalan keluar. Tak ada manusia yang sempurna bahkan manusia paling beriman pun pasti ada yang menilai kekurangannya.

Andai aku punya kantong doraemon dan bisa pergi ke masa lampau dan masa depan sesuka hati... mana bisa, ini malah menjadi kreatifitas lain... Tidak logis ... hahaha ...

Komentar

Postingan Populer