Pembenaran Yang Salah
Saya selalu suka mengingat2 cerita ini. Cerita ini disebutkan Ust. Rahmat Abdullah (Allahu yarham) dalam sebuah tulisan beliau (atau mungkin juga pada sebuah ceramah)
Dalam sebuah perkampungan, pernah suatu malam masyarakat digegerkan oleh sebuah pencurian. Tak tanggung2, sebuah makam yang dicuri. Yang dicuri adalah kain kafan, dan jenazah diletakkan kembali di liang tanpa penutup kain kafan. Lalu kejadian ini berlalu.
Beberapa waktu kemudian, kejadian serupa terulang. Namun kali ini jenazah yang tanpa kafan dibiarkan di permukaan tanah, tidak lagi dimasukkan ke dalam liang. Dari cerita ini ada sebuah ungkapan "Rahimallahu as-saariqa al-awwal" (Semoga Allah merahmati pencuri yang dulu/yang pertama)
Ungkapan ini begitu dalam. Dua2nya pencuri, bedanya yang satu lebih santun. Mencuri tetaplah salah, namun karena pencuri kedua ini lebih "brutal" maka masyarakat berucap meminta rahmat bagi pencuri yang pertama.
Dus, seringkali karena ternyata ada yang berbuat lebih jahat, lebih keji, menjadikan kita merasa "aman", merasa bersih walaupun ternyata kita salah (namun lebih ringan kesalahannya).
Dan, seringkali perbuatan salah orang seakan menjadi sebuah pembenaran bagi kita melakukan tindakan serupa, dan biasanya lebih ringan.
Paling kecil misalnya pelanggaran peraturan lalu lintas, dan paling besar mungkin juga korupsi.
Karena ada yang melanggar, seakan2 ini menjadi "lampu hijau".
"Toh, yang lain juga melanggar."
Karena ada yang korupsi lebih banyak (atasannya misalkan), seakan menjadi alasan juga untuk merasa aman saat korupsi lebih sedikit.
"Toh saya cuma korupsi sedikit."
Ah, mudah2an kita diberi pencerahan, mudah2an saya, anda dan siapa pun juga bisa mulai menjadi pribadi2 yang tidak menjadikan kesalahan orang lain sebagai pembenaran untuk berperilaku sama salahnya,
Mudah2an saya, anda dan siapa pun juga bisa mulai menjadi pribadi2 yang tidak menjadikan kesalahan orang lain sebagai pembenaran untuk berperilaku salah namun lebih ringan
Mudah2an saya, anda dan siapa pun juga bisa mulai menjadi pribadi2 yang tidak menjadikan kesalahan orang lain sebagai pembenaran untuk berperilaku lebih salah dan menganggap orang yang kesalahannya lebih sedikit sebagai orang bodoh yang tidak memanfaatkan kesempatan.
Dalam sebuah perkampungan, pernah suatu malam masyarakat digegerkan oleh sebuah pencurian. Tak tanggung2, sebuah makam yang dicuri. Yang dicuri adalah kain kafan, dan jenazah diletakkan kembali di liang tanpa penutup kain kafan. Lalu kejadian ini berlalu.
Beberapa waktu kemudian, kejadian serupa terulang. Namun kali ini jenazah yang tanpa kafan dibiarkan di permukaan tanah, tidak lagi dimasukkan ke dalam liang. Dari cerita ini ada sebuah ungkapan "Rahimallahu as-saariqa al-awwal" (Semoga Allah merahmati pencuri yang dulu/yang pertama)
Ungkapan ini begitu dalam. Dua2nya pencuri, bedanya yang satu lebih santun. Mencuri tetaplah salah, namun karena pencuri kedua ini lebih "brutal" maka masyarakat berucap meminta rahmat bagi pencuri yang pertama.
Dus, seringkali karena ternyata ada yang berbuat lebih jahat, lebih keji, menjadikan kita merasa "aman", merasa bersih walaupun ternyata kita salah (namun lebih ringan kesalahannya).
Dan, seringkali perbuatan salah orang seakan menjadi sebuah pembenaran bagi kita melakukan tindakan serupa, dan biasanya lebih ringan.
Paling kecil misalnya pelanggaran peraturan lalu lintas, dan paling besar mungkin juga korupsi.
Karena ada yang melanggar, seakan2 ini menjadi "lampu hijau".
"Toh, yang lain juga melanggar."
Karena ada yang korupsi lebih banyak (atasannya misalkan), seakan menjadi alasan juga untuk merasa aman saat korupsi lebih sedikit.
"Toh saya cuma korupsi sedikit."
Ah, mudah2an kita diberi pencerahan, mudah2an saya, anda dan siapa pun juga bisa mulai menjadi pribadi2 yang tidak menjadikan kesalahan orang lain sebagai pembenaran untuk berperilaku sama salahnya,
Mudah2an saya, anda dan siapa pun juga bisa mulai menjadi pribadi2 yang tidak menjadikan kesalahan orang lain sebagai pembenaran untuk berperilaku salah namun lebih ringan
Mudah2an saya, anda dan siapa pun juga bisa mulai menjadi pribadi2 yang tidak menjadikan kesalahan orang lain sebagai pembenaran untuk berperilaku lebih salah dan menganggap orang yang kesalahannya lebih sedikit sebagai orang bodoh yang tidak memanfaatkan kesempatan.
Komentar
Posting Komentar