Mandok Hata Sebuah Tradisi Batak pada Tahun Baru

Jika malam tahun baru seperti ini mungkin akan identik dengan pesta kembang api, atau mungkin panggang memanggang. Tetapi lain dengan tradisi salah satu suku di tanah Sumatera Utara, apalagi kalau bukan dengan suku Batak yang terkenal sangar itu. Ada salah satu tradisi yang erat dengan pergantian tahun seperti ini bagi suku Batak. Tradisi yang sudah melekat dari tahun-ketahun dan sudah menjadi kebiasaan bagi kami, suku Batak. Jangan bilang kami akan ke Bundaran HI melihat meriahnya kembang api, atau di Ancol untuk mengikuti pesta pergantian tahun ataupun di TMII atau Monas, kami mungkin akan pergi kesana setelah acara keluarga. Acara yang sangat intim.
Setiap pukul 12 malam atau pukul 00.00 lonceng gereja di kampung akan berbunyi selama satu jam penuh, mungkin ini menjadi pengganti kembang api dan keceriaan yang ada di ibukota ini. Ada rasa kangen dengan kampung halaman (bona pasogit) hanya untuk mendengarkan bunyi lonceng selama itu, karena kondisi seperti itu tidak akan ditemukan di perantauan seperti di Jakarta ini. Bayangkan jika ada contohnya empat gereja yang ada di suatu desa/kampung seperti di kampung saya, maka akan terasa keceriaan pergantian tahun di antara orang-orang tersebut karena bunyi lonceng yang bertalu-talu memasuki tahun baru. Ini keenam kalinya saya tidak mendengar seperti itu (sekedar curhat).
Setelah itu, para anggota keluarga di Tanah Batak tersebut akan bangun dan berkumpul bersama, mengadakan kebaktian kecil-kecilan. Dan ini yang membuat anak-anak muda deg-degan sekaligus lega. Deg-degan karena akan menuangkan isi hati kepada setiap keluarga secara terbuka. Karena setelah selesai kebaktian tersebut, satu persatu anggota keluarga yang dimulai dari anggota keluarga yang paling tua akan ˜mandok hata atau bisa kita artikan dengan berbicara kepada publik atau sharingdan berurutan dari ayah, ibu dan sampai dengan anak. Di dalam mengikuti peristiwa tersebut, setiap anggota keluarga akan mulai mengakui kesalahan-kesalahan mereka baik itu dalam perkataan ataupun dengan perbuatan selama tahun yang mereka jalani dan berusaha untuk saling bermaaf-maafan dan saling bersalaman. Selanjutnya akan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya di tahun baru yang akan mereka jalani. Makanya tidak mengherankan jika setiap keluarga yang di
perantauan akan berusaha untuk pulang kampung hanya untuk berkumpul bersama keluarga. Acara tersebut akan ditutup dengan doa syafaat dari masing-masing anggota keluarga. Di keadaan seperti ini, tidak sedikit yang bisa terharu dan menitikkkan air mata.
Bagaimana dengan kondisi di perantauan seperti saya??? kami akan berkumpul dengan anggota keluarga yang tidak bisa pulang kampung dan mengadakan acara serupa, tetapi minus lonceng gereja. Tidak ada yang tahu darimana pertama kali orang-orang Batak mengadakan acara pergantian tahun seperti itu. Tetapi yang jelas saya bangga dengan keadaan seperti itu. Berkumpul dengan keluarga sangat menyenangkan.
Happy new Year for Kompasiana and Kompasianer
Wish you all the best in the new year,

Komentar

Postingan Populer