Mengatasi Depresi dan Ketidak pastian

Ketika pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM setelah sebelumnya
harga berbagai kebutuhan yang menguasai hajat hidup orang banyak
seperti listrik dan telepon juga telah dinaikan, maka ada perasaan
gamang yang melanda sebagian besar dari masyarakat kita. Perasaan
akan ketidakpastian dalam menghadapi kehidupan yang semakin susah
dari hari kehari. Perasaan ketidakpastian ini dapat mengakibatkan
suatu penyakit kejiwaan yang disebut dengan depresi.

Berikut adalah cuplikan dari buku Create Your Own Cheese, karangan
Aribowo Prijosaksono yang mungkin dapat membantu kita dalam
menghadapi dan mengatasi depresi.

Ketika kita menghadapi perubahan atau krisis, satu hal yang
pasti adalah ketidakpastian. Misal, ketika kita kehilangan pekerjaan,
kita menghadapi ketidakpastian bagaimana agar dapur kita tetap
berasap. Ketika sebuah keluaraga kehilangan seorang ayah yang selama
ini menjadi tumpuan kehidupan, keluarga itu menghadapi ketidakpastian
akan masa depan anak-anak. Demikian sebaliknya jika kehilangan
seorang ibu yang penuh kasih sayang, keluarga tersebut menghadapi
ketidakpastian akan pendidikan anak-anak serta perhatian dan curahan
kasih sayang dari seorang ibu.

Ketidakpastian inilah yang menyebabkan rasa takut dan kuatir bagi
mereka yang mengalami. Perasaan ini menimbulkan suatu gejala
psikologis yang disebut dengan depresi. Sigmund Freud, bapak
psikologi modern, melihat depresi sebagai reaksi terhadap kehilangan.
Freud sampai pada kesimpulan depresi sebagai kehilangan melalui
pengamatan terhadap kesamaan antara perasaan berkabung - sebuah
reaksi normal terhadap kehilangan seseorang yang sangat dekat dengan
kita - dan depresi. Tetapi dalam banyak kasus lainnya, ternyata
ketika orang merasa depresi, tidak ada kehilangan yang jelas dalam
hidup mereka. Namun selanjutnya Freud menyimpulkan bahwa kehilangan
yang dimaksud tidaklah perlu kehilangan yang benar-benar nyata,
mungkin saja kehilangan tersebut berupa kehilangan status atau
harapan atau citra diri pribadi.

Depresi adalah seperti melihat sesuatu melalui kaca gelap
seperti lagu "Paint it black" dari kelompok the Rolling Stones yang
syairnya antara lain berbunyi : "sulit menghadapi sesuatu dengan
penuh keberanian, ketika seluruh dunia Anda berwarna hitam". Ketika
kita merasa tertekan atau depresi , tampak seakan-akan kita terjebak
dalam terowongan yang gelap untuk selama-lamanya. Kita menjadi
pesimis dan ini mewarnai segala upaya kita untuk mengatasi dan keluar
dari krisis yang kita alami. Tetapi sesungguhnya semua itu merupakan
sebuah ilusi dalam pikiran kita yang dibentuk sesuai dengan lensa
yang kita pakai untuk melihat dunia.

Merasa tertekan adalah seperti melihat sesuatu melalui kaca
gelap. Apakah kita sedang berpikir tentang diri sendiri, tentang
dunia, atau tentang masa depan, segala sesuatu tampak sebagai sesuatu
yang suram dan penuh tekanan. "Tidak ada yang berjalan dengan
baik"; "saya gagal"; "saya tidak dapat mengubah apa-apa". Kita merasa
menjadi korban dari keadaan, sehingga sepertinya hal tersebut
melemahkan seluruh sendi-sendi kita dan semangat kita untuk keluar
dan mengatasinya.

Pikiran negatif dan depresi berjalan bersama-sama. Semakin
banyak pikiran negatif yang kita tanam dalam pikiran kita semakin
depresi kita jadinya. Ingat bahwa kita adalah sang tukang kebun dari
kehidupan kita. Kitalah yang bertanggung jawab menanam apapun dalam
pikiran kita. Sehingga jika kita memilih untuk memenuhi pikiran kita
dengan dengan hal-hal negatif, maka itulah yang akan kita peroleh.

Sebaliknya jika kita berpikiran optimis dan positif, serta
memusatkan perhatian kita pada berbagai peluang atau kesempatan yang
muncul dari setiap krisis yang kita hadapi, maka besar pula
peluangnya untuk kita keluar dari krisis. Karena sesungguhnya kitalah
yang bertanggung jawab atas semua realitas yang terjadi dalam
kehidupan kita. Inilah yang disebut Covey sebagai "lingkaran
pengaruh" yang kita sepenuhnya memegang kendali atasnya. Lingkaran
pengaruh ini dapat kita perbesar atau kita perkecil tergantung dari
kemampuan kita untuk mengendalikan perubahan yang terjadi dalam hidup
kita.

Ada tiga area yang dapat membantu untuk menarik diri kita
dari lubang depresi atau ketakutan yang berlebihan : yaitu kegiatan
atau tindakan yang kita lakukan, pikiran kita dan sistem pendukung
yang kita miliki. Depresi ataupun ketakutan akan mencoba
menenggelamkan kita ketika kita berusaha mengatasi krisis yang kita
hadapi, dan kita perlu mewaspadai hal ini. Ketika kita merencanakan
untuk melakukan sesuatu untuk menghadapi krisis pikiran depresif akan
melemparkan blok-blok penghambat dijalan perubahan, mengisi pikiran
kita dengan pikiran yang suram, negatif dan pesimis : "Tidak ada
gunanya mencoba hal itu"; "Hal itu tidak akan membuat perbedaan".
Pemikiran-pemikiran seperti itu menghambat kita dari kesempatan untuk
menggunakan sumber daya kita sendiri dan untuk mulai masuk kedalam
jalan perubahan menuju realitas baru yang kita harapkan.

Cara terbaik untuk menolong diri sendiri keluar dari depresi,
rasa takut dan cemas adalah memfokuskan perhatian pada berbagai
peluang sekecil apapun yang akan membawa kita kearah yang tepat.
Janganlah melihat ke horison yang jauh; lihatlah tikungan berikutnya
di jalan yang sedang kita lalui. Fokuskan usaha atau tindakan kita
untuk mengurangi beban yang kita pikul. Fokuskan pikiran untuk merasa
lebih baik dibandingkan dengan apa yang kita rasakan sekarang, tetapi
jangan berfikir bahwa kita akan merasa lebih baik lagi hanya dengan
sekali usaha. Jika kita fokus pada upaya membuat perubahan kecil,
kita akan menemukan bahwa masalah sisanya akan membaik dengan
sendirinya.

Depresi ataupun rasa takut membuat kita lemah dan seluruh
energi kita disedotnya. Depresi dideskripsikan oleh seorang ahli
psikologi, Martin Sehgman, sebagai "penyakit flu biasa" secara
psikiatri. Namun depresi dapat menjadi flu berat yang membuat kita
lemas dan tidak dapat melakukan apa-apa, dan keadaan ini dapat
menghalangi proses penyembuhan. Saya teringat nasihat Nancy Dornan,
pemimpin Grup Network 21 bahwa "Action Cures Fear"-Tindakan dapat
menyembuhkan rasa takut. Cara pertama menolong diri kita sendiri
keluar dari kancah penderitaan ini adalah, sekali lagi, melibatkan
diri kita dalam kegiatan sehari-hari.

Jadi ketika anda merasa takut atau depresi, tetaplah
menyadari bahwa suasana hati bergerak naik dan turun, dan fokuskan
perhatian pada strategi jangka pendek yang dapat membuat kita merasa
lebih baik ;

1. Mengerjakan kegiatan kita sehari-hari tetap aktif ternyata
sangat membantu, meskipun hal ini lebih sulit dilakukan ketika kita
tertekan.

2. Membenahi pikiran. Pikiran yang dipenuhi rasa takut, cemas
dan tertekan membuat kita macet. Belajar bagaimana melihat segala
sesuatu secara berbeda dapat membantu kita untuk bergerak lagi.
Semakin kita bertindak, berarti kita memperbesar "lingkaran pengaruh"
kita, dan semakin kita bisa mengatasi rasa takut dan kuatir yang kita
hadapi.

3. Membenahi sistem pendukung. Dalam hal tertentu seringkali
dengan membagi masalah atau kesulitan yang kita hadapi kepada orang
lain dapat membantu meringankan beban kita. Atau mungkin nasihat
orang lain dapat membantu kita keluar dari kesulitan, karena mereka
dapat melihat perspektif yang lebih luas daripada kita yang terjebak
didalam.

Moved Beyond Your Fear - karena dengan mulai melangkah meskipun jalan
di depan gelap dan penuh ketidakpastian, kita harus senantiasa yakin
bahwa ada harapan diujung sana. Karena kalau kita tidak melangkah,
maka tidak akan ada realitas baru dari setiap krisis atau kesulitan
yang kita hadapi. Seperti tokoh karakter Haw dalam "Who Moved My
Cheese" yang tidak mau bergerak, sehingga akhirnya "mati dalam
kelaparan". Sesungguhnya jika kita sudah tidak punya pengharapan dan
akhirnya tidak melakukan apa-apa, sama halnya dengan kita sudah mati.

Komentar

Postingan Populer